KedaiPena.Com – Ranu Pani seperti kota mati tanpa Semeru. Masyarakat di desa ini, bergantung pada gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.
Demikian dikatakan Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Keneddy di Malang, belum lama ini.
“Seperti pendaki yang bawa motor titip ke rumah penduduk. Ternyata per hari Rp2.500 sampai Rp3.500. Kalau sepuluh motor sudah berapa?,” ujar John.
Belum lagi dengan aktivitas perekonomian lain seperti porter, guide, perdagangan. Dan kalau kuota pendakian dibatasi, masyarakat juga senang.
“Kenapa demikian? Misal begini, ada pendaki yang tidak bisa naik di suatu hari, maka mereka akan menginap di sana, makan, minum di sana. Baru kemudian naik di hari berikutnya,” jelas dia.
TNBTS, sambung eks Kepala Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menambahkan, juga ingin masyarakat tersebut diberdayakan.
“Kalau sekarang sudah di Ranu Pani, kita inginnya di Ranu Kumbolo juga dilibatkan masyarakat, dan juga di Kali Mati,” dia menambahkan.
“Kita sudah ubah zonanya jadi zona pemanfaatan, jadi masyarakat bisa diberdayakan, menyewakan tenda, mengelola toilet, stok air dari Ranu Kumbolo, jadi lebih bersih. Sampai juga ke Kali Mati,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh