DUA bulan berlalu sejak 27 Januari 2016, ketika Provinsi DKI Jakarta dicanangkan sebagai provinsi literasi. Pencanangan Jakarta sebagai provinsi literasi itu berbarengan dengan peluncuran program semangat membaca dan menulis bagi para pelajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Dinas pendidikan DKI Jakarta.
Pencanangan itu menandai Provinsi DKI Jakarta telah mendaulat dirinya sebagai provinsi literasi pertama di Indonesia. Dan tentu hal itu harus terus dibuktikan lewat kebijakan-kebijakan dan program-program nyata di lapangan oleh segenap unsur-unsur terkait di lingkungan pemprov DKI Jakarta.
Meski pencanangan DKI Jakarta sebagai provinsi literasi itu dadakan, dengan persiapan seadanya, koordinasi dan pelibatan yang minim dengan para pegiat dan penggerak literasi di Jakarta, dan langkah-langkah aksi yang belum begitu terlihat greget dan masih harus dirumuskan dan dimatangkan lebih lanjut, namun saya sangat setuju dan mendukung pencanangan itu.
Terlebih saya bersama-sama kawan-kawan Jaringan Anak Nusantara (JARANAN), yang diinisiasi para veteran proponen gerakan mahasiswa 98, sudah sejak lama sekali melakukan diskusi panjang dan berdialektika,
merumuskan formula dan strategi penumbuhkembangan minat dan tradisi berliterasi di kalangan anak dan pelajar Indonesia.
Hal itu didorong oleh kenyataan masih sangat rendahnya minat dan tradisi membaca di kalangan masyarakat Indonesia, dan secara khusus kalangan anak Indonesia, sebagaimana diriset oleh pelbagai lembaga.
Hasil diskusi dan kajian panjang kawan-kawan JARANAN, akhirnya dirumuskan dalam sebuah formula dan strategi yang kami namakan READ, BACALAH dan IQRA. Formula dan strategi itu dituangkan dalam modul yang dibuat JARANAN berjudul “READ, BACALAH dan IQRA, Formula Dasar dan Strategi Penumbuhkembangan Tradisi Berliterasi Anak Berbasis Keluarga, Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakatâ€. Modul itu telah dipresentasikan di pelbagai tempat dan kesempatan.
Dan JARANAN pun telah lama membentuk tim literasi, yang bernama “Tirakat Militan†(Tim Penggerak Kampanye Terpadu Minat Berliterasi Anak), yang berupaya untuk terus terlibat dalam mendorong tumbuhnya minat dan berliterasi di kalangan anak Indonesia secara luas.
JARANAN melalui Tirakat Militan amat mendukung pencanangan Provinsi DKI Jakarta sebagai sebagai provinsi
literasi. Begitu juga jika provinsi-provinsi lain dan kota-kota lain hendak mencanangkan hal serupa, tentu kami pun sangat gembira dan siap menyumbangkan pikiran dan tenaga.
Sebab ketika pencanangan kota/kabupaten atau provinsi literasi dilakukan di banyak tempat, itu menandai hadirnya sebuah prakondisi dan peluang yang lebih kondusif dalam mengkampanyekan secara massif penumbuhan minat dan tradisi berliterasi di kalangan anak di daerah tersebut.
Jika mau jujur, sebenarnya pencanangan DKI Jakarta, ibukota negara kita, sebagai provinsi literasi, sebenarnya sudah sangat terlambat. Mestinya pencanangan itu dan program-program relevan untuk mengisinya, sudah bisa dilakukan sejak lama. Namun sebagaimana dalam setiap keterlambatan apapun, selalu saja berkelabat kalimat bijak: tak pernah ada kata terlambat untuk memulai hal-hal hebat!
Dengan dicanangkannya Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi literasi, tentu kita berharap dan mendorong hal berikut.
Pertama, segenap jajaran Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat Jakarta secara luas, terus melakukan proses percepatan pemahaman dan penyatuan komitmen terkait arti penting dan urgensi membangun tradisi berliterasi, khususnya di kalangan anak.
Bahwa tradisi berliterasi harus dirangsang dan dibangun pelalui proses pembiasaan di kalangan anak-anak dan pelajar Jakarta sejak dini.Tentunya, agar anak-anak di DKI Jakarta menjadi generasi tangguh dan hebat menghadapi tantangan kekinian dan masa depan.
Kedua, mendorong Pemprov DKI Jakarta segera mengisi dengan kebjakan-kebijakan, program-program dan terobosan-terobosan yang mampu menopang agenda penumbuhan tradisi berliterasi pada anak dan pelajar di Jakarta.
Lewat kebijakan-kebijakan dan program-program kreatif dan inovatif yang tepat, maka akan berlangsungnya lompatan-lompatan besar di sektor literasi, khususnya literasi anak di Jakarta, menjadi sangat niscaya.
Dan ketiga, elemen-elemen dunia usaha, dunia pendidikan, dan para relawan sektor literasi di Jakarta bisa segera menyatukan langkah, saling berkoordinasi, dan mengisi ruang-ruang yang memungkinkan untuk dilakukan dalam rangka menggemuruhkan kegiatan-kegiatan yang mampu menopang hari-hari panjang Jakarta sebagai provinsi literasi.
Semoga. Salam Anak Nusantara.
Oleh Nanang Djamaludin, Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (JARANAN), Konsultan Kota Layak Anak dan Penggiat Literasi