KedaiPena.Com – Mantan Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Kwan Yew saat terakhir kalinya ke Jakarta, mengundang begawan ekonomi Indonesia Rizal Ramli makan malam.
Lee bertanya ke RR, sapaan Rizal, apa sistem politik Indonesia. RR jawab presidensial. Tapi Lee bilang bukan, sistem RI parlementer, karena pilih anggota DPR dulu, baru Presiden.
“Kalau presidensial seperti Perancis. Pilih dulu presiden baru tiga bulan kemudian DPR. Presiden terpilih partainya pasti menang mayoritas seperti Macron. Sehingga tidak perlu ‘dagang sapi’ soal menteri dengan partai-partai lain,” kata Rizal dalam ‘talkshow’ ILC di TV One, Selasa (9/7/2019).
Pembatasan ‘presidential threshold’ 20 persen, sambung eks Tim Panel Ekonomi PBB ini juga membuat capres Indonesia tersandera oleh oligarki politik dan ekonomi.
“Dukungan partai mesti dibayar dengan ‘dagang sapi’ menteri & transaksi uang,” tegas RR.
Ia lalu meminta agar ambang batas baik partai dan capres dihapuskan. Banyak calon tidak masalah, toh pada putaran dua pilpres tinggal dua calon.
“Koalisi terbentuk secara natural, bukan karena uang dan dagang sapi,” kata dia lagi.
Mantan Menko Perekonomian ini pun memberi pesan agar pemerintahan lima tahun ke depan tidak dikelola serampangan. Pada level korporasi, apalagi negara, kebijakan personalia harus dimulai dulu dari daftar masalah dan tantangan lima tahun ke depan.
“Apa itu? Pertama ketidakadilan hukum, termasuk karena adanya Islam-phobia, ekonomi yang nyungsep, kesejahteraan yang merosot, dan kebangkitan kembali perilaku otoriter (‘neo-otoriter’),” ungkapnya.
“Pemilihan personalia harus mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut, bukan bagi-bagi kue kekuasaan serta kesempatan korupsi,” tandas DR Rizal Ramli.
Laporan: Andre Pradana