KedaiPena.Com – Tanpa pandemi virus coronaatau covid 19, ekonomi Indonesia sudah anjlok karena salah kelola. Indonesia mabuk utang dan pengetatan makro. Ekonomi hanya akan tumbuh 4% tahun 2020.
Saat ini, ditambah virus corona, ekonomi diramal tambah berantakan. Kalau kebijakan pemerintah merespon corona efektif, ekonomi hanya akan anjlok lagi -1%. Tapi jika tidak efektif, ekonomi akan anjlok -2% lagi.
“Untuk mengurangi dampak corona terhadap ekonomi, harus dilakukan cara-cara radikal dengan melakukan realokasi APBN 2020. Stop, moratorium, proyek-proyek infrastruktur besar 2020,” kata begawan ekonomi Rizal Ramli di Jakarta, Rabu (18/3/2020).
“Harus berani, jangan gengsi. Alokasikan hanya untuk sektor kesehatan, makanan dan daya beli rakyat miskin. Indonesia saat ini bukan negara kaya, sehingga jangan lakukan ‘macro pumping’ dan jangan ada ‘buyback’ saham-saham BUMN lain-lain,” sambung eks Menko Perekonomian ini.
Amerika Serikat saja yang negara kaya, melakukan ‘pumping macro‘ ratusan miliar dolar lewat FED ternyata tidak efektif. Hanya kurang 2 jam indeks naik, habis itu anjlok.
Eks Tim Panel Ekonomi PBB ini menambahkan, Korea Selatan termasuk negara yang paling efektif dalam menangani pandemik corona. Karena negeri gingseng belajar dari kasus SARS.
“Mereka melakukan evaluasi apa-apa yang efektif dan siapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) ketika ada serangan corona. Sudah ada SOP yang siap-pakai tanpa perlu banyak rapat dan koordinasi,” lanjut dia.
Rizal kemudian meminta pemerintah menggunakan momentum pandemic corona ini untuk menggenjot produksi dalam negeri, seperti pertanian, buah-buahan dan sayur-sayuran.
“Bantu kredit, bibit, pupuk sehingga bisa panen setiap 3 bulan. Ajak IPB untuk bantu peta kecocokan tanah. Jangan bisanya impor-impor doang. Payah amat sih,” kecewa dia.
Dari segi keuangan, nilai tukar rupiah makin anjlok, sudah Rp15.200/$, dan index IHSG sudah anjlok dari 6000-an ke 4500-an. Jangan biarkan mata uang rupiah dan ‘index’ terombang-ambing dengan ‘shocks‘ dan volatilitas yang sangat besar. Ubah ‘flexible exchange‘ menjadi ‘fixed exchange‘ di 15.500/$ utk 1 tahun.
“Jangan biarkan ‘external & internal shock’ dengan volatilitas yang sangat besar merusak ekonomi dan korporasi nasional. Bekukan perdagangan saham sampai waktu yang belum ditentukan. Toh kalau dibuka terus, akan semakin anjlok, dan akan semakin panik,” papar eks Menko Maritim ini.
“Ini adalah momentum untuk tukar (‘swap’) utang-utang Indonesia yang ‘yield‘-nya sangat tinggi (7-8%), karya ‘Menkeu Terbalik’ yang sangat merugikan bangsa kita. Kerugian karena ‘bond‘ kemahalan itu Rp110-120T. Padahal ‘yield bond‘ di Jepang, Eropa negatif. Segera negosiasi ‘swap bond‘, menghemat Rp110T,” tandas DR. Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Lutfi