KedaiPena.Com – Dalam rangka memperkuat kapasitas UMKM, maka pada tiap-tiap daerah atau desa diperlukan industri dan inkubator ber-basis keunggulan dan kearifan daerah berorientasi ekspor.
Hal itu dikatakan Sekjen DPP Asosiasi Pengusaha Bumi Putra Nusantara Indonesia (Asprindo), Ir Irwansyah di sela diskusi publik Forte di Tebet, Jakarta, Jumat (29/3/2019). Poin itu merupakan bagian dari resolusi yang dibuahkan Asprindo belum lama ini.
Ia lalu mengatakan, wirausahawan yang berpertumbuhan tinggi sebagai cikal bakal wirausaha ten ex dan unicorn perlu didukung dengan penerapan kebijakan e-commerce marketplace.
Dengan komposisi 40% produk lokal dan tax incentive yang dapat merangsang penjualan produk lokal melalui e-commerce termasuk dukungan terhadap produk lokal berbasis e-commerce.
“Dalam rangka mengatasi masalah ekspor produk tidak tahan lama, seperti hasil pertanian dan hortikultura maka diperlukan suatu kebijakan yang memudahkan agar produk tersebut dapat langsung masuk ke negara tujuan ekspor dalam waktu yang singkat,” ujarnya.
Kebijakan tersebut adalah melalui kelebihan cargo penumpang yang setelah diakumulasi diberikan ekspor produk UKM yang tidak tahan lama dengan potongan 50%.
Selain itu, dia juga menegaskan, alokasi kredit untuk menggerakan usaha rakyat dari perbankan, porsinya harus lebih besar kepada para pelaku UMKM atau Pengusaha Bumi Putra dari pada untuk pelaku usaha besar.
“Pemberian KUR (Kredit Usaha Rakyat) idealnya 60% berbanding 40%, sehingga roda ekonomi secara nasional dapat tumbuh dan berkembang di atas 8% per tahun,” lanjut dia.
Suku bunga KUR diharapkan meringankan pelaku UMKM yang saat ini masih dirasakan berat mencapai 7%-8% per tahun dengan pajak 0,5% dari omzet. Idealnya suku bunga KUR maksimum 5% per tahun dengan pajak konstan pada angka 0,5%.
“Pemerintah hendaknya meredistribusi asset-asset produktif, khususnya lahan-lahan tidur dan lahan-lahan HGU yang sudah berakhir, hendaknya dimanfaatkan menjadi satu kesatuan dengan Satu Desa Satu Industri dan UMKM melalui konsep business model inti plasma dimana plasma (BUMDES, Koperasi dan UMKM) memiliki kepemilikan saham di primary industry (FELDA model),” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh