KedaiPena.Com – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tangerang Selatan (Tangsel) Saleh Asnawi, mengaku prihatin dengan menculnya data perlihal peningkatan kekerasaan seksual yang menimpa anak-anak di Tangsel.
“Kita akan segera panggil dulu dinas yang terkait dengan anak dan kita akan minta penjelasanya. Setelah itu baru kita bisa beri solusi,” papar Saleh saat ditemui oleh KedaiPena.Com, di Gedung Ifa, Tangsel, Kamis (18/5).
“Tapi yang pasti intinya kita sangat prihatin dan kita akan tegur keras pemerintah daerah agar hal tersebut tidak terjadi lagi,” sambung Politikus dari partai Hati Nurani Rakyat ini (Hanura).
Kendati demikian, dia pun memang mencermati, bahwa maraknya pembangunan oleh pengembang menjadi salah satu pemicu meningkatkan kekerasan seksual pada anak di kota Tangsel.
“Kita akan segera pelajari dulu apakah benar bila memang ruang bermain anak ini kurang. Tapi yang perlu di pahami wilayah Tangsel ini memang sedikit hanya sekitar 147 km persegi,” jelas Soleh.
Dan bila memang ternyata sarana bermain anak berkurang, lanjut dia, DPRD pun akan meminta Pemerintah Daerah untuk segera membuat regulasi khusus terkait hal tersebut.
“Tentunya nanti kita minta pemda membuat regulasi khusus, jadi disetiap gedung-gedung yang melakukan pembangunan di Tangsel harus menyiapkan sarana permainan untuk anak,” beber dia.
Ketika di tanya apakah selama ini kinerja Pemerintah Daerah Tangerang Selatan sudah cukup baik dalam pengawasan dan perlindungan anak. Soleh mengatakan sudah.
“Ya Pemda cukup intensif juga ya untuk mengawasi. Namun, dinas terkait pasti tidak megawasi dari hari perhari dan jam perjam hanya sekedar mengawasi secara umum. Maka itu nanti kita akan coba cari keluar dan kita pelajari agar kita tahu infrastruktur apa yang harus disiapkan untuk anak,” tandas dia.
Sebelumnya, Peneliti Institute Ecosoc, Sri Palupi menilai, meningkatnya tindakan kekerasan seksual terhadap anak di Tangerang Selatan, disebabkan karena saat ini kota tersebut telah di dominasi oleh keberadaan para pengembang.
Hal itu disebabkan, karena dalam kurun waktu sebulan telah terjadi enam tindakan kekerasan seksual terhadap anak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Berarti dalam lima hari telah terjadi satu kekerasan seksual. Jika terus terjadi, maka dalam satu tahun bisa terjadi 72 kasus kekerasan seksual.
Itu pun sangat berbanding terbalik dengan status Tangerang Selatan yang kini menyandang sebagai Kota Layak Anak, karena maraknya tindakan kekerasan kepada anak.
Laporan: Wahyu