KedaiPena.Com – Kans Indonesia untuk unjuk gigi diajang sepak bola Asia Tenggara kembali pupus. Pasalnya, di bawah asuhan pelatih berkebangsaan Spanyol, Luis Milla, tim nasional Indonesia U- 22 gagal meraih emas pada cabang olahraga sepak bola di Sea Games 2017.
Tim nasional Indonesia di bawah komando kapten Hansamu Yama hanya mampu meraih medali perunggu. Langkah Indonesia untuk meraih emas kandas setelah dikalahkan tuan rumah Malaysia pada babak semi final.
Koordintor Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI), Sarman El Hakim menilai, biang keladi dari kegagalan tim nasional Indonesia Indonesia meraih emas pada ajang olahraga dua tahunan itu dikarenakan adanya kuputusan yang tidak tepat dari PSSI.
Sarman sapaannya pun mengatakan, kegagalan tersebut disebabkan oleh keputusan PSSI yang masih mempercayakan Indonesia ditangani oleh pelatih Asal Spanyol, Luis Milla pada SEA Games ke 29 tersebut.
“Biangnya kegagalan Indonesia dalam SEA Games adalah PSSI. Mengapa? karena memberikan kesempatan lagi Luis Milla. Â Seharusnya yang pantas menjadi pelatih, negara atau sebuah klub haruslah pelatih yang memahami pemainya termasuk dalam hal berkomunikasi dengan timnya,” ujar Sarman saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Jumat (1/9).
Sarman menuturkan, kemampuan Luis Milla dalam berkomunikasi kepada pemain sangatlah buruk. Sarman mengakui kendala bahasa jadi permasalahan terbesar dalam komunikasi tersebut.
“Padahal untuk membangun sebuah tim yang hebat, diperlukan komunikasi yang baik, berbicara dari hati dan berbicara secara menyeluruh kepada pemain pada seluruh pertandingan. Itu merupakan syarat mutlak,” ujar Sarman.
Tidak hanya itu, kata Sarman, ketidaktepatan PSSI yang masih mempertahankan Luis Milla juga terlihat dari keputusan-keputusan yang diambil oleh mantan pelatih Atletico Bilbao tersebut.
“Seluruh tim nasional sepak bola yang ikut serta pada SEA Games 2017 bermain dengan desain yang sudah dipahami oleh pelatih dan pemain. Akan tetapi itu tidak terlihat pada tim nasional Indonesia,” jelas Sarman.
Ketidakpahaman Luis Milla pada kondisi dan kultur sepak bola di Indonesia, lanjut Sarman, juga terlihat dari tidak bisanya Milla maksimal kan sejumlah pemain-pemain potensial seperti Evan Dimas.
“Itu terlihat dari Ketidakmaksimalan Evan Dimas pada setiap Pertandingan SEA Games 2017 ini. Padahal sampai saat ini belum ada gelandang tipe bermain seperti Evan Dimas. Nah apakah Luis Millah bisa memanfaatkan kondisi dan kelebihan Evan Dimas? tidak,” ujar dia.
“Dia tidak paham soal kekurangan dan kelebihan timnya dan pemainya. Jadi banyak faktor yang menurut saya Luis Milla ini tidak memahami sepak bola Indonesa. Dia tidak kreatif juga,” ungkap Sarman.
Selain menyoroti soal keputusan mempertahankan Luis Milla, Sarman juga  mencibir keputusan PSSI yang memilih mantan pemain Persema Malang, Bima Sakti sebagai asisten pelatih. Bagi Sarman, kapasitas yang dimiliki Bima Sakti dengan Luis Milla sangatlah berbeda.
“Lalu juga ada asisten pelatih Bima Sakti yang apakah sudah cukup bisa menerima dan memahami psikologi dari pemain kita? Karena seperti diketahui, Bima Sakti belum memiliki pengalaman melatih, lagi pula perbandingan Luis Milla dan Bima Sakti bagaikan pagi dan malam. Saya rasa juga Bima Sakti dan Luis Milla sampai saat ini juga belum berkomunikasi dengan baik,” ujar dia.
Atas sejumlah permasalahan tersebut, Sarman pun meminta agar Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dapat mengambil sikap dan keputusan soal nasib tim nasional Indonesia.
“Hari ini bukan PSSI yang mengambil sikap soal kegagalan timnas. Menpora harus mengambil sikap seperti saat kegagalan timnas di tangan La Nyalla. Menurut, saya banyak pelatih potensial, seperti bekas pemain yang sekarang sudah menjadi pelatih handal,” ujar Sarman.
“Dan sekarang tidak bisa menggunakan kultur seperti jaman dulu yang kalau kalah selalu berfikir akan ada kesempatan lagi. Kalau tidak ada tindakan konkret dari pemerintah maka tak ayal kasus seperti di era Bambang Pamungkas dan Syamsir Alam akan terulang. Pemain-pemain seperti Evan Dimas dan rekan-rekannya itu langkah dan menjadi perbincangan di negara-negara Asia tenggara. Harusnya diselamatkan,” tandas Sarman.
Laporan: Muhammad Hafidh