KedaiPena.Com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat melakukan kegiatan “Ekspedisi/Jelajah Karimata” pada tanggal 15 sampai 22 Maret 2019 di Cagar Alam Laut Kepulauan (CAL) Karimata, dengan melibatkan 33 orang yang menyertakan ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Dalam kegiatan ekpedisi yang dipimpin Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat ini, melibatkan Komunitas Selam WeBe, Balai Kajian Sejarah Kebudayaan Kalimantan Barat, Botanist, Traveler Writer, media lokal serta masyarakat setempat.
Tim Divisi Gunung berhasil mengidentifikasi beberapa tipe ekosistem mulai dari Ekosistem Mangrove, Pantai, Riparian, Hutan Air tawar, Kerangas, Hutan Dataran Rendah Perbukitan Sandstone, Hutan pegunungan Atas dan terakhir adalah Sub Alpine.
Tim penjelajahan dibagi dalam 4 empat Sub Divisi, yaitu Divisi Laut, Divisi Gunung/Flora, Divisi Mamalia serta Divisi Sosial Ekonomi dan Budaya, untuk melakukan eksplorasi potensi yang dimiliki CAL Kepulauan Karimata secara lebih luas.
Tim Divisi Gunung mempunyai tugas melakukan eksplorasi keanekaragaman hayati dari kawasan pesisir pantai sampai hutan pegunungan di Pulau Karimata Besar, yang saat ini telah berstatus menjadi hutan lindung.
“Dari hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan tim Divisi Gunung, tercatat lebih dari 400 jenis tumbuhan mulai dari tumbuhan herba sampai pohon. Namun, salah satu hal yang paling membanggakan dalam ekspedisi kali ini adalah ditemukan dan teridentifikasi satu spesies/jenis baru dari tumbuhan berbunga,” kata Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor Adirahmanta di Pontianak, ditulis Senin (20/7/2021).
Tumbuhan dari keluarga Hanguanaceae yang ditemukan ini merupakan jenis baru dari Pulau Karimata Besar, yang merupakan satu kesatuan bentang alam, tidak terpisahkan dari kawasan CAL Kepulauan Karimata. Distribusinya hanya terdapat di Kepulauan Karimata.
Sadtata menjelaskan, Hanguana karimatae merupakan Hanguana pertama yang dideskripsikan sebagai spesies baru dari Kalimantan.
Temuan spesies ini diterbitkan di jurnal ilmiah internasional Blumea pada tanggal 2 Juli 2021 oleh Agusti Randi yang merupakan seorang ahli Botani (alumnus Universitas Tanjungpura Pontianak), asli Kalimantan Barat.
Hanguana karimatae memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh spesies Hanguana lainnya. Jenis ini memiliki perawakan besar dengan tinggi mencapai 1,6 meter dengan tangkai perbungaan yang tegak dan kokoh setinggi 1 meter. Buah berbentuk bulat yang tidak simetris dan berwarna kuning pucat dengan ujung yang sangat menonjol. Bijinya seperti mangkok dengan tonjolan kecil di pinggirannya. Jenis ini tumbuh pada pinggiran sungai berbatu berair jernih.
Sepanjang pengamatan terhadap spesies ini di lapangan, hanya dijumpai tiga individu, sehingga untuk status konservasi yang diusulkan berdasarkan kriteria dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN), Red List adalah termasuk Critically Endangered (CR) atau Kritis.
Kriteria CR ini merupakan kriteria yang paling tinggi terhadap kepunahan di alam. Untuk itu, pengamanan kawasan terhadap kerusakan habitat dan konservasi ek situ untuk spesies ini sangat diprioritaskan.
Cagar Alam Laut (CAL) Kepulauan Karimata merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah barat daya Pulau Kalimantan, berdekatan dengan Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan yang termasuk dalam perairan laut Selat Karimata ini secara administratif berada di wilayah Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Terdiri dari 43 pulau di mana jarak CAL Kep Karimata ke ibu kota Kabupaten Kayong Utara (Pulau Kalimantan) ± 100 km.
Sadtata menjelaskan CAL Kepulauan Karimata merupakan kawasan konservasi dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi dan unik, namun belum cukup tergali dan dikenali.
Mempertimbangkan kondisi kawasan dan tantangan yang dihadapi serta keterbatasan yang dimiliki pemangku kawasan, pengembangan kawasan CAL Kepulauan Karimata sebagai destinasi penelitian berbasis masyarakat, melalui penerapan konsep Citizen Science, menjadi pilihan solusi yang paling memungkinkan.
Ini dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan kawasan yang optimal, disamping itu diharapkan ke depan jenis-jenis baru akan teridentifikasi dari Cagar Alam Laut ini.
Pada kesempatan terpisah, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian LHK, Wiratno menyampaikan apresiasi kepada Balai KSDA Kalimantan Barat dan Tim Ekspedisi. Dirjen KSDAE menyatakan bahwa kemungkinan ditemukan berbagai spesies baru sangat terbuka. Menurutnya, ekspedisi ini membuktikan hal tersebut.
“Oleh karena itu, ke depan masih diperlukan ekspedisi-ekspedisi untuk masuk ke dalam kawasan konservasi, agar diketahui ragam ekosistem, habitat, pola asosiasi tumbuhan tinggi dengan berbagai tumbuhan di bawahnya, termasuk liana, jamur, mikroba, dan sebagainya,” kata Wiratno.
Wiratno menambahkan, bahwa ekspedisi ini juga membuktikan pentingnya peningkatan kapasitas staf Balai KSDA dan Taman Nasional untuk mampu mendiskripsi berbagai jenis tumbuhan dengan dibekali ilmu taxonomi, dendrologi, bioprospecting, dan ilmu-ilmu lainnya. Kerjasama dengan peneliti, praktisi, dengan terus menggali sistem pengetahuan masyarakat setempat yang masuk dalam khasanah ilmu etnobotany dan etnozoology menjadi semakin penting dan relevan di masa mendatang.
Laporan: Natasha