KedaiPena.Com – Tim ekonomi kabinet Presiden Jokowi yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo tidak mengobral prediksi dipublik terkait dengan pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom Senior INDEF Dradjad H. Wibowo saat menanggapi minusnya pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II 5,2 persen. Jika kuartal III nanti ekonomi RI kembali minusnya maka Indonesia akan mengalami resesi.
“Saya juga menghimbau agar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo jangan mengobral prediksi di publik. Karena, prediksi mereka meleset dan banyak berubah-ubah,” kata Drajad, Sabtu, (8/8/2020).
Drajad mencontohkan, untuk kuartal I-2020, misalnya Menkeu memprediksi pertumbuhan 4,5-4,7%, sementara proyeksi BI 4,4%. Angka BPS 2,97%. Jadi melesetnya jauh sekali, yaitu 1,4-1,7%.
Untuk kuartal II-2020, kata dia, perkiraan Menkeu sering berubah. Antara pertengahan Juni 2020 hingga 20 Juli 202, prediksi Menkeu bervariasi dari minus 3,1% (16/6) hingga minus 5,08%. Selang prediksinya lebar, hingga 2%. Menko Airlangga juga pernah menyebut angka minus 3,4%.
“Memang di gedung DPR pada tanggal 15 Juli 2020, Menkeu menyebutkan selang minus 3,5% hingga minus 5,1%, dengan titik tengah 4,3%. Tapi Presiden Jokowi mengutip angka minus 4,3% saat memberi pengarahan kepada para Gubernur di Istana Bogor. Presiden pun meleset karena menerima prediksi yang tidak akurat,” tegas dia.
Di tengah pandemi seperti ini, tegas dia, sangat sulit sekali membuat prediksi ekonomi. Semua ekonom, termasuk saya, bisa salah total dalam prediksi.
“Karena itu, pejabat ekonomi sebaiknya irit bicara prediksi agar tidak merusak krebilitas pemerintah dan kepercayaan konsumen dan pelaku usaha,” tandas Drajad.
Laporan: Muhammad Hafidh