DI era superkompetitif saat ini banyak orangtua berpikir dan berjibaku lebih keras lagi membekali anak-anaknya sebaik-baiknya dan sedini mungkin. Hal itu agar anak-anaknya siap hadapi masa depan yang penuh tantangan.Â
Ragam metode pengasuhan dan pendidikan anak di rumah (parenting) pun diterapkan oleh tiap keluarga, yang dipercaya mampu membawa anak-anak kelak menjadi manusia hebat, yang  sanggup berkompetisi memenangkan masa depannya. Setidaknya ada dua pendekatan maenstream dalam parenting, yakni: Â
Pertama, “pushing parenting”, yang berasumsi orangtua tahu segalanya yang terbaik bagi anaknya. Karena itu harus mendorong penuh anak hingga anak melampaui batasan tertinggi kemampuannya. Dan ketika satu prestasi tertinggi dicapai anak, maka itu menjadi pijakan baginya untuk melampaui batas-batas tertinggi berikutnya di seluruh fase perkembangannya. Dan disitulah diletakkan proses menjadikan anak menjadi anak yang sukses.
Apa yang terjadi pada Amy Chua, si “Tiger Mom”, yang  sekaligus sebagaimana dikisahkannya dalam buku “Battle Hymn of the Tiger Mother”, merupakan contoh pendekatan “pushing parenting”. Lewat pendekatan “ibu macan” yang diterapkan orangtuanya menjadikan Chua, perempuan profesor di Yale Law School, produktif, dan relatif sukses dalam hidupnya–terlepas Chua pun merasa ada yang hilang dari masa kecilnya akibat pendekatan kaku dan disiplin orang tuanya agar ia selalu meraih berprestasi.‎
Kedua, “motivating parenting”, berasumsi anak harus didorong sesuai keperluannya dalam sebuah batasan yang masih dianggap “sehat”, sampai terbangkitkan motivasi internal pada dirinya, seraya ia diberikan pilihan-pilihan otonomnya.
Pendekatan mana yang anda pilih, “pushing parenting” kah atau “motivating parenting” kah? Atau justru anda kini sedang pusing menghadapi beragam ulah dan kelakuan anak anda di rumah maupun di luar rumah?
Oleh Nanang Djamaluddin, Jaringan Anak Nusantara (Jaranan)