SAYA ingatkan umat Islam adanya tiga propaganda tentang Islam dan politik yang dihembuskan kaum liberal kepada umat Islam. Propaganda ini dibungkus dengan kalimat yang manis tetapi sejatinya bermaksud sadis.
Kaum Liberal berbicara di depan umat dengan bahasa yang santun dan seolah arif dan bijaksana. Seolah-olah mereka cinta Islam dan negara tetapi tujuannya untuk membunuh pemikiran Islam yang benar,
Propaganda pertama, adalah ungkapan bahwa Islam adalah agama yang suci, mulia, dan bersih. Sedangkan politik itu penuh intrik dan kotor. Karena itu umat Islam harus menjaga agar Islam tetap bersih dan suci dengan tidak masuk ke dalam dunia politik yang seperti kubangan kotor, busuk dan jahat.
Propaganda kedua, ungkapan yang menyatakan, ulama itu harus dicintai sebab mereka adalah manusia yang derajatnya tinggi dan mulia di hadapan Allah. Sementara politik adalah jahat, busuk dan tempat sampah. Karena itu ulama tidak boleh masuk ke tempat sampah yang penuh kotoran dan busuk itu.Ini namanya propaganda, tipuan pemikiran, ini sangat berbahaya,
Propaganda liberal ketiga, kaum liberal memuji syariat Islam. Bahwa syariat Islam wajib diterapkan, hukum Islam itu indah, karena pada masa Nabi dan sahabat dahulu mereka adalah umat terbaik. Sementara saat ini, umat Islam tidak menjadi umat terbaik sehinggat terlalu berat jika harus menerapkan syariat Islam.
Saat ini, kata kaum liberal, yang harus dilakukan adalah memperbaiki akhlak sehingga mereka bisa seperti akhlaknya para sahabat. Setelah itu baru memperjuangkan syariat Islam. Ini kalimat hak yang tujuannya batil, menjauhkan umat dari perjuangan menegakkan syarat Islam, ketiga proganda tersebut merupakan jebakan dan tipuan pemikiran. Karenanya harus dilakukan counter, untuk membuka keboborokan ketiga propaganda itu.
Ungkapan bahwa agama Islam suci, bersih adalah betul. Ungkapan bahwa ulama harus dijaga juga betul. Tetapi ungkapan bahwa politik itu najis dan kotor, tidaklah betul. Sebab bersih tidaknya politik tergantung siapa yang memainkannya dan berdiri di atas dasar iman dan takwa atau tidak.
Jika politik atas dasar iman dan takwa, ridha Allah, atas dasar syariat maka akan jadi politik yang baik dan bersih, disebut as-siyasah as-syar’iyah, politik syariat. Tetapi jika atas dasar hawa nafsu dan dijauhkan dari ajaran agama akan jadi politik yang busuk. Ini yang tidak boleh dimasuki ulama,
Contoh politik yang kotor, adalah fenomena hari ini. Mereka yang mendukung pemimpin kafir itulah yang disebut telah mempolitisasi agama. Sebab mereka membalik-balik agama, mengutip Alquran dan hadits untuk tujuan politiknya. Kalau ada yang mengatakan agama dan politik harus dipisah, itu menjalankan politik Komunis, atheis, politik yang tidak mau bersentuhan dengan agama,
Tugas ulama adalah membersihkan politik yang kotor. Politik harus dibersihkan dari mereka-mereka yang suka mengorupsi dalil untuk menyesatkan umat Islam. “Politik yang diwarnai Islam akan jadi politik yang bersih,”
Terkait dengan akhlak masyarakat, justru dengan penerapan syariat Islam akhlak masyarakat akan berproses menjadi lebih baik. para sahabat nabi mendapat gelar umat terbaik juga dengan proses, tidak ujug-ujug. Sehingga tidak tepat jika harus menunggu semua umat Islam berakhlakul karimah, baru perjuangan syariat Islam dilakukan.
Secara sederhana saya contohkan soal ikhlas dalam shalat. Bahwa umat Islam menjalankan shalat harus ikhlas. Namun tidak dapat dikatakan, bila belum ikhlas maka lebih baik tidak menjalankan shalat. Sebab tidak ikhlas atau riya’ adalah penyakit hati, sementara penyakit hati obatnya adalah zikir. Dan menurut ajaran Islam, zikir yang paling utama adalah shalat.
Karena itu, untuk menghilangkan sifat riya’ atau tidak ikhlas haruslah dengan shalat. shalat itu ibarat obat, jika dikonsumsi terus lama-lama akan menyembuhkan. Orang yang tidak ikhlas dalam shalatnya jika ia terus melakukan shalat maka lama-lama dia akan ikhlas.
Demikian pula dengan syariat Islam. Siap tidak siap syariat Islam harus diterapkan. Sebab dengan hanya dengan penerapan syariat Islam akhlak masyarakat akan baik, syariat yang akan mengobati kebobrokan akhlak. Apalagi Alquran juga telah diturunkan secara lengkap yang tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menerapkannya. “Ini propaganda-propaganda yang harus kita luruskan.
Politik adalah bagian dari ajaran Islam. Sehingga tidak boleh ada yang mengatakan agama dan politik harus dipisahkan. Itu pemikiran sekuler. Dalam bahasa Arabnya al-Ilmaniyyah, yang berarti fasluddin anil ad-daulah, yakni memisahkan urusan agama dari urusan negara. Karena politik (siyasah) adalah bagian dari ajaran Islam, jika ada ulama yang berbicara tentang politik itu bukanlah politisasi masjid.
Ada perbedaan antara politisisasi masjid dengan mengajarkan politik di masjid. Mengajarkan politik di masjid berarti mengajarkan salah satu ajaran Islam. Di kitab-kitab fiqh pun jika dibuka, akan dijelaskan pada bab awal tentang Thoharoh (bersuci), hingga pada bab akhir membahas tentang Imamah (kepemimpinan).
Jadi politik itu salah satu pelajaran ilmu fikh. Tidak mungkin politik dipisahkan dari Islam. Tidak boleh dalil-dalil tentang shalat diambil, sementara dalil tentang pemimpin kita buang.
Terlalu bodoh dan naif kalau ada orang Islam yang mengatakan agama dan politik harus dipisah. Negara dan agama tidak boleh disatukan, urusan agama adanya di masjid, mushola, majelis taklim sementara urusan politik di parlemen.
Itu sekulerisme. Sementara Majelis Ulama Indonesia Pusat sudah mengharamkan sekulerisme dan menyatakan sebagai ajaran sesat menyesatkan, bukan ajaran Islam.
Dikutip dari ceramah Habib Rizieq dalam Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) ke-8 di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq, Komplek Pesantren Husnayain, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu pagi (25/03/2017)