KedaiPena.Com – Pengamat archaeologi tourism, Pindi Setiawan mengatakan, ada tiga aspek yang dapat membuat sebuah tempat dikatakan sebagai archaeologi tourism atau destinasi wisata arkeologi.
Pindi sapaan karibnya mengatakan, ketiga aspek tersebut dikenal sebagai 3 P yakni place, people dan past. Aspek tersebut juga tercantum dalam keilmuan arkeologi.
“Kemudian bila untuk mengaktifkanya sebagai tempat wisata arkeologi harus juga mengikuti aturan-aturan pendirian sebuah cagar budaya. Lalu juga mempunyai fungsi dan statusnya sebagai cagar budaya jelas,” ujar dia kepada KedaiPena.Com di Gedung Mandalawangi, STP Bandung, Selasa (5/12).
Kemudian, Pindie melanjutkan, wisata arkeologi juga harus memiliki sebuah ‘makna’ yang disampaikan kepada masyarakat. Makna tersebut biasanya berbentuk identitas serta nilai-nilai sejarah sebuah bangsa.
“Sebab, wisata arkeologi harus memberikan satu pemaknaan terkait keberadaan dengan benda dan tempat tersebut biasanya berbentuk identitas bangsa dan kebanggaan negara serta sejarah bangsa,” imbuh dia.
“Jadi tantangan bukan kepada pengungkapan archaeologi itu, tapi ketika sudah difungsikan, tempat peninggalan itu bisa memberikan makna agar punya cerita dalam konteks sejarah bangsa,” sambung dia.
Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) ini melanjutkan, di Indonesia sendiri banyak sekali jenis-jenis tempat wisata arkeologi yang memiliki makna seperti zaman pra sejarah, Indonesia asli, zaman Islam dan zaman kolonial.
“Pra sejarah seperti di Maros Sulawesi Selatan, lalu Goa Harimau di Sumatera. Setelah pra sejarah adalah kriteria Indonesia asli sebelum Hindu datang semisal Gunung Padang, Batu Loncat Nias. Kemudian, di zaman Hindu Budha, Borobudur dan Prambanan,” jelasnya.
“Untuk zaman Islam seperti masjid-masjid yang cukup banyak keberadaannya dari Sabang sampai Merauke. Kalau untuk zaman kolonial (Belanda) seperti kota tua dan juga museum,” sambung dia.
Kendati demikian, ungkap dia, saat ini masih ada jenis archaeologi tourism yang belum banyak diangkat di Indonesia. Jenis tersebut adalah bangunan yang dibuat oleh republik ini atau bangunan yang sudah berusia lebih dari 50 tahun.
Dalam regulasi jenis bangunan seperti Jembatan Ampera dan Stadion Gelora Bung Karno masuk dalam tipe tersebut.
“Walaupun untuk saat ini spesial tourism atau goa-goa dan candi masih yang paling diminati wisatawan dan menjadi pilihan karena tidak bisa setiap hari mereka temui,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh