KedaiPena.Com – Masih ingat peristiwa belalang kembara (locusta migratoria) yang menyerang Waingapu, Sumba Timur, NTT, bulan Juni 2017? Fenomena ini hingga menyeret perhatian banyak khalayak media ramai dan banyak diberitakan oleh media nasional baik secara daring maupun langsung.
Belalang kembara ini menjadi hama dan merugikan banyak orang khususnya para petani yang mengalami gagal panen. Setelah diusut ada beberapa faktor yang menyebabkan populasinya meningkat drastis.
Dalam keterangan tertulis yang dilansir KedaiPena.Com, Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa) menyatakan, penyebab pertama adalah perubahan iklim.
Di mana intensitas serangan akan semakin tinggi apabila curah hujan meningkat yang biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Maret, begitu pula sebaliknya.
“Yang kedua, turunnya populasi predator alami akibat perburuan liar,” demikian keterangan taman nasional.
Pada tahun 2015, sebenarnya, petugas TN Matalawa melakukan pelepasliaran burung beranjangan sebanyak 900 ekor dan meningkat drastis sebanyak 1500 ekor di tahun 2017. Meski demikian, belum mampu menutup perkembangan belalang kembara.
“Nah kondisi inilah salah satu penyebab tingginya populasi belalang kembara. Karena burung beranjangan merupakan salah satu satwa pemakan serangga yang jika dibiarkan perburuannya akan menyebabkan terputusnya rantai makanan secara alami,” sambung keterangan tersebut.
“Bagaimana sobat, masihkah mau berburu satwa liar secara berlebihan? Tentu tidak kan. Yuk buat sobat mulai sekarang stop perburuan liar dan laporkan jual beli satwa liar sekarang juga,” pungkas keterangan itu.
Sebelumnya diberitakan, setelah menyerbu Bandara Umbu Mehang Kunda di Waingapu, Sumba Timur, NTT, belalang kembara mulai menyebar ke tanaman warga. Bupati Sumba Timur Gideon Mbiliyora mengatakan ribuan belalang tersebut kini masih beterbangan dan memenuhi tanaman warga. Pemerintah setempat juga berjanji menyemprot serangga tersebut dengan pestisida.
Laporan: Ricki Sismawan