KedaiPena.Com – LBH Tridharma Indonesia bersama korban dugaan mall praktek rumah sakit Bhineka Bakti Husada, Tangerang Selatan, melakukan pengaduan ke Direktoral Jenderal pelayaranan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, pada Jumat (7/10) lalu.Â
Menurut Asep Supriadi, selaku kuasa hukum korban, hal itu tempuh karena selama ini segala upaya yang dilakukan oleh pihaknya tidak pernah mendapatkan tanggapan serta respon.
“Kami sebelumnya membuat pengaduan ke Mejelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan terdaftar dalam nomor pengaduan 23/P/MKDKI/VI/2016. Kemudian pada tanggal 17 Juni 2016 kami membuat pengaduan ke Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan dan di hari yang sama, kami juga membuat pengaduan ke Walikota Tangerang Selatan. Namun dari serangkaian upaya yang telah kami lakukan, sampai dengan hari ini masih belum ada tanggapan,” ujar dia kepada K‎edaiPena.Com, di Jakarta, senin (10/10)
Lanjutnya Asep mengatakan, bahwa laporan dari LBH pun akan segera diklarifikasi oleh Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes dan setelah itu mereka akan membuka ruang pertemuan antara pihak korban dan rumah sakit Bhineka Bakti Husada.
Dan Dirjen Pelayanan Kesehatan pun, lanjut Asep, akan segera  mengirimkan surat kepada MKDKI untuk  memperoses pengaduan yang diajukan oleh keluarga korban.
“Seperti ada harapan bagi kami sebagai pihak dari korban dalam mencari keadilan setelah membuat pengaduan ke Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes. Sebab, begitu cepatnya respon atas pengaduan kami, tidak seperti upaya yang kami lakukan sebelumnya,” tandas dia.
Seperti diketahui, kasus ini terjadi ketika keluarga ayah korban (Bambang) membawa anaknya Anugrah Azzam ke rumah sakit Bhineka Bakti Husada yang berlokasi di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan pada hari Sabtu 2 April 2016 untuk dapat diperiksa. Karena pada saat itu kondisi korban mengalami demam yang sangat tinggi dan didiagnosa mengalami penyakit demam berdarah. Akhirnya, korban dinyatakan meninggal dunia pada keesokan harinya minggu 3 April 2016.
Namun, di balik meninggalnya korban, orang tua korban merasa ada yang janggal dalam kematian anaknya, karena di saat korban dalam kondisi yang keritis, dokter dan perawat terlihat tidak melakukan upaya-upaya yang seharusnya dilakukan oleh tenaga mndis untuk dapat menyelamatkan nyawa korban.
LBH Tridahrma Indonesia pun telah melakukan pertemuan dengan pihak rumah sakit. Namun sayangnya mereka tidak menghadirkan para tenaga medis yang menangani korban pada saat kritis, namun hanya menghadirkan para managemen rumah sakit yang tidak tahu secara langsung kejadian tersebut.
(Prw/Apit)‎