KedaiPena.Com – Ekonom senior, Rizal Ramli menyebut pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak bisa dilakukan secara masif. Hal itu karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih sangat kecil.
Rizal menuturkan, bahwa dalam talkshow bedah program capres-cawapres #5 Fisipol UGM tadi ia sempat membahas untung rugi dari pembangunan infrastruktur yang menggunakan APBN.
Namun, kubu capres-cawapres nomor urut 01 yang diwakili Eva Kusuma Sundari dan Inas Nasrullah Zubir menyebut masalah untung rugi tidak perlu dipermasalahkan selama hal itu bertujuan mensejahterakan rakyat.
Lanjut Rizal, tanggapan dari dua anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf itu tidak cerdas. Apalagi keduanya menggunakan analogi bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia sama dengan Cina.
“Itu retorika yang tidak cerdas, dia (kubu 01) bandingkan sama Cina, ngawur berat, Cina itu pertumbuhan ekonominya 12 persen selama 25 tahun. Jadi kalau dia (Tiongkok) bangun infrastruktur jor-joranan nggak ada masalah karena (pertumbuhan) ekonominya kan 12 persen, pasti akhirnya uangnya balik, invesmentnya,” ujarnya saat ditemui wartawan di Auditorium lantai 4 kampus Fisipol UGM, Sleman, Kamis (4/4/2019).
Menurut Rizal, hal tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang belum menyentuh angka 10% setiap tahunnya. Karena itu, Rizal menginginkan pembangunan infrastruktur menyesuaikan perekonomian Negara.
“Lha ini ekonomi (pertumbuhan ekonomi Indonesia) bisanya cuma 5 persen, mandek di 5 persen mau bangun (infrastruktur) jor-joran, akhirnya (pakai) uang negara, jangan dong,” katanya.
“Akhirnya seperti jalan tol Pantura saja, rugi Rp 300 Miliar setahun. Terus yang lewat jalan tol kebanyakan mobil pribadi kan, dan yang truk malah lewat jalan biasa, masak (yang mobil pribadi) disubsidi Rp 1 miliar setiap hari selama 10 tahun,” imbuh Rizal.
Rizal menambahkan, pernyataannya tersebut merupakan hasil diskusinya dengan Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto.
“Sudah didiskusikan dengan pak Prabowo, arahnya memang begitu,” katanya.
Selain itu, Rizal mengakui kerap berdiskusi dengan Prabowo terkait permasalahan yang sedang dihadapi negara Indonesia. Kendati kerap bertemu untuk berdiskusi, ia mengaku tidak masuk dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
“Saya kan ekonom, kagak terkait dengan BPN (Prabowo-Sandi),” ucapnya.
Meskipun akhir-akhir ini Rizal kerap berdiskusi ia mengaku belum menentukan pilihan akan membantu pemerintahan Prabowo jika menang dalam Pemilu tahun 2019. Terlebih, hingga saat ini belum ada pembicaraan antara dirinya dengan Prabowo ke arah kabinet atau jabatan lainnya.
“Itu mah urusan lain lagi, itu urusan lain, gak penting, yang penting saya pengen lihat Indonesia maju, Indonesia lebih makmur dan lebih hebat dari hari ini,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi