KedaiPena.Com – Makin dekat hari pemberangkatan ekspedisi gunung es di Papua, tahun 1972, para anggota tim Mapala UI terus melakukan persiapan. Rute sudah di tentukan, tentu dengan memodifikasi jiplakan dari tim pendahulu yang beranggotakan RPKAD yang merupkan tentara khusus.
Latihan fisik supaya tangan bersepir dan otot paha bengkak secara khusus, rasa-rasanya tidak pernah dibikin, kecuali acara “naik-naik ke puncak gunung†sambil ‘weekend’. Juga sekalian melewati saat romantis dengan sang â€kuntakan†alias pacar masing-masing. Meski begitu pelajaran tali-temali, baca peta, dan main kompas, tetap menjadi pengetahuan wajib.
Dilansir dari buku 40 Tahun Mapala UI, untuk persiapan fisik, calon tim pendaki saat itu belum pernah diwajibkan ikut program fitness center. Anggota yang akan berekspedisi hampir dua bulanan itu pun tidak pernah diperiksa kemampuan VO2 max dan sebagainya, termasuk kesiapan mental dan kematangan kepribadian.
Yang terpenting jika kaki kuat jalan jauh, pundak mampu gendong ransel berat-berat, napas tidak putus saat menapak, atau pikiran masih waras dan mampu berkata-kata dan menulis, ya sudah, itu artinya sudah memenuhi syarat minimal anggota ekspedisi.
Dan yang perlu diingat, tahun 1970an itu, tidak pernah terpikir honorarium atau uang jalan segala. Yang penting sudah ikut naik gunung es ke puncak Jaya saja sudah bagus, sudah bangga dan termimpi-mimpi. Akhirnya, ke-14 anggota ekspedisi itu berangkat juga termasuk dua anggota putri, Retno Sukardan dan Djuwita Buntaran.
Laporan: Muhammad Hafidh