KedaiPena.Com – Pemandangan berbeda muncul dari booth milik brand Ticket To The Moon di penyelenggaraan International Indonesia Outdoor Festival (IIOutfest) 2019 yang bertempat di Lapangan Aldiron, Pancoran, Jakarta, 1-4 Agustus 2019.
Ya, di booth-nya tersebut, TTTM begitu Ticket To The Moon dikenal di kalangan penggiat outdoor, memajang produk-produk hammock unggulan dengan berbagai warna.
Ticket To The Moon sendiri merupakan brand outdoor yang menyedikan hammock bagi para penggiat alam bebas dengan segala printilan. Ticket To The Moon merupakan sebuah brand yang hadir di Indonesia tahun 1996, tepatnya di Bali.
“Kalau Tickets To The Moon didirikan di Bali pada tahun 1996 oleh orang yang suka traveling. Jadi konsen kita by travelers for travelers,” ujar Chief Happiness Officer TTTM, Alex Egas saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Minggu (4/8/2019).
Alex menjelaskan kala itu, Founder TTTM, Charly sedianya sudah memulai bisnis di India pada tahun 1994. Di India, Charly memulai membuat hammock dengan bahan polyester.
“Nah waktu dia sedang liburan di Bali tahun 1996, dia menemukan bahan parasut nylon yang merupakan bahan asli Indonesia tepatnya Bandung. Dari situlah kemudian beliau memutuskan untuk meneruskan bisnisnya di Bali,” tutur Alex.
Alex melanjutkan TTTM saat pertama kali di Indonesia memulai bisnis dengan sistem online melalui email. Diawal bisnis di Indonesia, hammock diproduksi ketika memang ada yang memesan.
“Sekarang sudah 23 tahun kemudian, kita udah masuk model market dan toko outdoor dan sudah kita berhasil membuka toko-toko di Bangkok, Vienna, di Bali kita toko sudah ada tiga sekarang,” ungkap Alex.
Dari Hammock Mulai Berkembang ke Tas Hingga Carabineer
Dalam perkembanganya berbinis selama 23 tahun di Indonesia, TTTM sendiri terus melakukan inovasi di produknya. Selain mengeluarkan jenis-jenis hammock, TTTM juga memproduksi tas hingga carabineer.
“Perkembanganya besar pada tahun 2010 kita menciptakan tas bulan sabit. Lalu di 2012 kita juga mulai membuat carabineer, sekarang kita sudah punya empat macam. Untuk inovasi terakhir yang kita buat, adalah carabineer ukuran kecil yang mampu menahan kekuatan hingga 600 kg,” imbuh Alex.
Produk-produk yang dijual TTTM di Indonesia sendiri, lanjut Alex, juga sangat terjangkau. Khusus di Indonesia, produk TTTM dijual 40 persen lebih murah daripada harga di luar negeri.
“Produk-produk ya kita mulai dari tas yang paling murah ada Rp 70.000 dan yang paling mahal adalah mamock, itu hammock terbesar di dunia dengan panjang 8 meter, dan lebar 4, 1/2 meter yang kita jual di harga Rp 1,4 juta,” jelas Alex.
Alex menerangkan ke depan TTTM sendiri akan memproduksi sejumlah produk dengan bahan sisa produksi hammock. Hal ini demi mendukung semangat untuk mengurangi sampah.
“Kita lagi siapkan beberapa produk yang belum bisa saya sebut baru. Yang jelas misalnya tas, dari bahan hammock, ini untuk menghindari sampah, potongan dari bahan-bahan itu kita peruntukan untuk produk baru. Kita ke depan akan lebih ramah lingkungan,” beber Alex.
Berhasil Jadi Market Leader Hammock dengan Resiko Maraknya Produk KW
Keberhasilan TTTM selama 23 tahun berbinis di Indonesia, sedianya telah membuat brand ini menjadi market leader untuk hammock di Indonesia. Namun demikian hal tersebut turut berimbas kepada maraknya produk-produk jiplakan atau KW.
“Banyak pemalsuan (KW), banyak orang yang coba meniru, dan terkadang produknya itu dibuat sangat mirip. Meskipun masih banyak yang kurang pas,” keluh Alex.
Meski demikian, Alex memastikan, keberadaan produk-produk KW tersebut tidak membuat TTTM untuk berhenti menghasilkan karya-karya unggulan. TTTM akan menambah produksi di Indonesia, dengan mempertahankan kualitas.
“Kalau tantangan kita sendiri melipatgandakan produksi. Kita akan terus menghasilkan produksi yang lebih besar, tapi tidak melupakan kualitas itu sendiri,” jelas Alex.
Tidak hanya itu, Alex menambahkan, TTTM juga akan membuat produk-produk yang membuat mudah para petualang di Indonesia saat melakukan traveling.
“Jadi memang bagi kita sangat penting itu menghasilkan produk yang kompak, kecil, mudah dibawa gampang dan sangat memungkin para petualang untuk beristirahat di manapun. Sehingga akan irit dalam berlibur,” tegas Alex.
Laporan: Muhammad Hafidh