‘THE Eagle has landed. That’s one small step for man, one giant leap for mankind,’ kata yang terucap oleh Neil Armstrong, ketika pada tanggal 20 Juli 1969 astronot Amerika tersebut menjejakkan kakinya di permukaan bulan, mewujudkan impian John F. Kennedy untuk menempatkan manusia di bulan pada akhir dekade ’60.
Ya, Rajawali telah mendarat ke bumi, ketika pada hari Senin tanggal 5 Maret 2018 Rizal “Rajawali Ngepret†Ramli mendeklarasikan niatnya untuk maju sebagai calon presiden pada pilpres mendatang, siap menantang para pesaing utama sekelas Jokowi, Prabowo atau siapapun yang bakalan berani masuk ke bursa paling bergengsi di panggung politik Indonesia, guna mewujudkan impian Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.
RR, panggilan akrab Rizal Ramli, meneguhkan niatnya melalui â€deklarasi belah duren†di hadapan rekan dekat dan rekan wartawan di kediamannya. Mungkin suatu kebetulan kesamaan yang menarik soal belah duren dan solusi memecah kebuntuan ekonomi republik ini.
Untuk bisa menikmati daging durian, kita harus mengupas kulitnya yang beduri tajam. Salah-salah bisa melukai tangan, sehingga diperlukan pisau yang tajam dan tangan ahli yang terampil. Kalau mau menikmati ‘durian’ pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan keadilan, diperlukan pisau tajam dan tangan yang ahli.
Pertanyaannya adalah, mampukah seorang RR membelah durian pertumbuhan ekonomi republik yang terseok-seok ini? Dapatkah RR mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 10% dan menurunan indeks gini ratio ke angka 0.3?
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat, yang berasal dari proses kenaikan kapasitas produksi yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Menghitungnya cukup sederhana, yakni membandingkan produk domestik bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), budaya dan modal. Rasanya RR orang yang tepat untuk itu.
Lihatlah aksinya dalam penyelesaian soal blok migas Masela. Keputusan untuk membangun fasilitas di darat (on shore) dan bukannya di laut (floating facility) menunjukkan kematangannya melihat wawasan SDM, SDA sekaligus iptek yang bakal dikuasai bangsa sendiri.
Soal budaya sikap kerja keras, jujur dan ulet, dia buktikan baik sewaktu menjabat ketua Bulog dan sewaktu menjadi Menko Ekuin di zaman Gus Dur. Dimutasikannya secara teratur pejabat Bulog sehingga tidak dapat bermain-main dengan stok beras, membuat harga beras stabil di pasaran. Bukan malah impor beras disaat petani panen raya seperti sekarang ini.
Soal modal, jangan berharap RR mengemis hutang ke IMF atau Bank Dunia yang sudah berubah wujud menjadi monster itu. RR punya cara dan kiat yang tulus dan murni, seperti revaluasi asset BUMN dan cara-cara lain yang terhormat, yang bukan, ‘huh’, menumpuk hutang Negara. Bukan impian di siang hari bolong rasanya jika RR ingin menaikkan pertumbuhan ekonomi ke angka 10%.
‘Gini ratio’ atau indeks gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai indeks Gini berkisar antara 0 hingga 1. Indeks gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama, dan nilai 1 tentunya sebaliknya.
Indeks tersebut erat kaitannya dengan kemiskinan yang terjadi secara nasional. Jika ukuran batas penghasilan adalah USD 30 (atau sekitar 420.000 rp) per bulan, laporan di beberapa media di Indonesia menyebutkan bahwa sekitar seperempat jumlah penduduk Indonesia (sekitar 65 juta jiwa) hidup hanya sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional.
Stabilisasi harga pangan (khususnya beras), subsidi harga yang tepat guna (misalnya BBM rakyat) dan proyek investasi nasional yang efektif adalah diantara cara-cara untuk menekan kemiskinan nasional. Bagaimana RR memecahkan masalah kemiskinan nasional, ini adalah soal keberpihakan.
RR yang semenjak mahasiswanya selalu menjadi orang pergerakan, mungkin selalu terngiang ditelinganya kata ‘vox populi vox dei, the voice of the people is the voice of God’, selalu dekat dengan kepentingan rakyat dalam segala tindakannya.
Rajawali terbang tinggi
Membela langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu
Wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
Rajawali mendarat di bumi
Membela bangsa dengan setia
Dan ia akan mengajakmu serta
Membangun tanah air tercinta
Oleh Liliek Sudirahardjo, aktivis pergerakan 77-78, alumni ITB 74