KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli beberapa bulan lalu bertemu dengan beberapa dengan komisioner dan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Saat itu dia bilang, KPK jangan urus korupsi kecil-kecil, sebab korupsi terbesar di Indonesia adalah korupsi politik.
“KPK fokus di situ,” ujar dia kepada Kedai Pena di Jakarta ditulis Senin (15/11/2021).
Salah satu komisioner KPK saat itu, bilang baru saja menangkap Bupati Kutai Timur yang saat itu dijabat Ismunandar.
“Dia (Ismunandar) kepengen jadi bupati lagi, istrinya jadi Ketua DPRD (Encek UR Firgasih). Dia ke Jakarta bawa buku cek deposito mau nyewa salah satu partai supaya dia dicalonin lagi,” ingat Rizal.
Cukong bayar partai buat dukung Ismunandar maju lagi. Setelah jadi, Ismunandar berikan konsensi tambang dan lainnya. Bahkan saat periode pertama, nilainya hampir Rp1 triliun.
“Nah ini terjadi, kalau misalnya kepala daerah jadi, lalu bandarnya minta tolong, ‘aku dikasih IMB buat bangun ini 10-20 tingkat’, dan itu semua didagangin oleh politisi, nah ini yang merusak Indonesia,” paparnya.
Sebab, Indonesia tidak pernah mendapat pemimpin, jangankan yang original, yang KW1 atau KW2 saja susah.
“Model gini pemimpinnya ya KW3-5 (palsu). Kalau cuma KW, tidak cerdas,
tidak canggih. Bisa jadi dia ya boleh saja dia punya staf cerdas. Tapi kalau KW3-5 tapi maling pula, ini yang membuat rusak,” papar Rizal.
“Nah negara lain tidak ada treshold-treshold, calonnya banyak, dan biarkan rakyat yang memilih. Nah tahap kedua kan tinggal dua orang. Jadi jelas bukan segelintir pihak yang menyaring siapa yang boleh siapa yang tidak, tetapi pencalonan berdasarkan UU. Dan cuma harus didukung oleh partai, tidak ada persyaratan persentase,” tandas RR, sapaan Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi