KedaiPena.Com – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ISBI Bandung diwakili oleh Dr. Wanda Listiani dan Afri Wita, MA terpilih mengikuti program Training of Trainers (ToT) DICE British Council pada tanggal 19-22 Agustus 2019 lalu di Yogyakarta.
DICE (Developing Inclusive and Creative Economies) merupakan program British Council yang ditujukan untuk Perguruan Tinggi. Dari 60 perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang mengikuti proses pendaftaran untuk ikut serta, terpilih 17 PT yang terbagi dalam 2 batch.
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung adalah satu-satunya perguruan tinggi seni yang terpilih mengikuti progam ini. Sebagian besar pesertanya adalah PT yang program inkubatornya telah berjalan dan memiliki tenant aktif, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Surabaya (UBAYA), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran, dan beberapa yang lainnya.
Program DICE untuk Perguruan Tinggi merupakan bagian dari program DICE level institusi dan individu. Pada tahap ToT ini British Council memberikan pelatihan dan pendampingan pada dosen perguruan tinggi terkait kewirausahaan sosial dan kreatif.
Program pelatihan difasilitasi oleh tim fasilitator dari Inggris dan Indonesia, yaitu Gabriela Matouskova, MBA, Dr. Dwi Purnomo, M. Setiawan Kusmulyono, MM dan Dr. Catharina B. Nawangpalupi serta Ambarizky Trinugraheni IHE program manager dari British Council.
Diharapkan sebagai hasil pelatihan dari British Council ini adalah, pemahaman peserta mengenai proses sukses inkubator bisnis universitas di Inggris dan Indonesia. Lalu peningkatan skill terkait dengan inkubasi bisnis dan pelibatan dalam diskusi mendalam bagaimana inkubator universitas dapat menyediakan layanan dan pelatihan yang baik pada tenants untuk berinovasi.
Dikatakan Afri Wita, MA bahwa terlibat dalam ToT ini merupakan, pengalaman yang sangat “inspiring and energizing”. Meskipun dalam prosesnya harus siap kejar-kejaran dengan metode pelatihan yang sangat ketat dan sekaligus siap menjadi pendengar yang mau berproses dan kreatif.
Sementara Dr. Wanda Listiani mengatakan bahwa, pelatihan ini mengarahkannya untuk membuat program-program yang memiliki dampak bagi banyak orang bukan hanya sekedar mengejar luaran penelitian.
Dr. Wanda Listiani dan Afri Wita, MA mengakui bahwa keterlibatan LPPM ISBI Bandung bukan berdasarkan karena inkubator institusinya telah berhasil menggerakkan tenants dalam program-program yang “sustainable”.
Namun yang menarik dari Tim LPPM ISBI Bandung adalah mereka berhasil mendapat julukan “favorit” dan “terbaik” dalam beberapa presentasi yang selalu dilakukan setelah setiap materi pelatihan selesai.
Gabriela Matouskova, MBA, fasilitator dari Inggris, merespon presentasi mereka. “I like the ideas you share, I can see how you have improved during the presentation, and how you put the visual of human in your presentation which is the important thing in social preneurship issues, you have been creative in your own way,” ujar Gabriela.
Sementara Dwi Purnomo, salah satu fasilitator dan penggerak inkubator UNPAD the local enablers yang berhasil membuat para mahasiswa berdaya dan kreatif dalam ranah social preneurship mengatakan, “I love your efforts to deepen the value proposition dealing with the trajectories, we love the clearliness”.
Selain pelatihan di dalam ruangan, pada hari keempat peserta pelatihan melihat langsung praktik inkubasi C-Hub Fisipol UGM. Pengalaman ini juga memberikan energi yang berbeda bagi para peserta pelatihan dan memberi inspirasi untuk dikembangkan pada inkubator di universitas masing-masing.
Menutup empat hari pelatihan yang sangat padat, Ambarizky program manager dari British Council mengingatkan bahwa kegiatan ini tidak berhenti di sini tapi masih berlanjut dalam evaluasi dan pendampingan dalam enam bulan ke depan untuk memaksimalkan dampak yang diharapkan dari pelatihan ini bagi institusi perguruan tinggi yang terlibat.
Laporan: Muhammad Lutfi