KedaiPena.Com – Putri Anetta Komarudin merupakan salah satu tokoh yang menyita perhatian publik akhir-akhir ini. Hal itu lantaran sosoknya yang masih yang cukup muda namun berani berkiprah menjadi Anggota Dewan di Senayan.
Lahir di Bandung, pada 21 Agustus 1993. Putkom begitu ia disapa merupakan Anggota DPR RI periode 2019-2024 dari partai Golkar daerah pemilihan Jawa Barat VII yakni Bekasi, Karawang dan Purwakarta.
Putkom sendiri merupakan putri dari mantan Ketua DPR RI yang juga politikus Ade Komarudin. Sebenarnya, bagaimana awal mula Putkom terjun ke dunia politik mengikuti jejak karir dari sang Ayah?
KedaiPena.Com berbincang dengan Putkom yang merupakan politikus milenial terkait awal mula terjun ke dunia politik hingga starteginya dapat terpilih menjadi anggota DPR beberapa waktu lalu.
KP: Bisa diceritakan alasan kak Putri terjun dalam dunia politik?
Putkom: Kalau sejarah mungkin karena dari dulu sudah diajak oleh keluarga, karena memang keluarga politik dari dulu, ayah juga menjabat sebagai anggota DPR RI kebetulan dari daerah pemilihan yang sama.
Jadi dari sejarah itu kita sering diajak untuk melihat kegiatan-kegiatan beliau berinteraksi dengan masyarakat.
Atas alasan itu juga saya dan juga adik-adik itu merasa juga terpanggil untuk melakukan program kegiatan yang memang bermanfaat untuk masyarakat yang luas.
KP: Apakah sejak dini sudah fokus berorganisasi?
Putkom: Jadi saat saya SMA itu aktif berorganisasi di Perhimpunan apelajar Indonesia (PPI) di Singapura dan juga saat kuliah lalu disana kita banyak juga melakukan interaksi dengan teman-teman yang usianya jauh dari kita yang sedang mengambil program doktor, mahasiswa-mahasiswa yang mendapatkan beasiswa
Dan memang sangat bermanfaat karena membuka pengetahuan dan juga koneksi serta jaringan. Mungkin selama ini temen-temen yang tidak berorganisasi tidak mendapatkan, jadi dari situ kita berdua melihat perbaikan-perbaikan menurut diskusi-diskusi ini patut diberikan kepada Indonesia
Akhirnya disitu kita belajar kalau masalahnya Indonesia itu sangat kompleks, jadi hal-hal yang di diskusikan dalam forum itu lebih mudah terlihatnya, lebih mudah mengamat tetapi mendengar bagaimana cerita yang mendapatkan beasiswa itu banyak yang bekerja di kepemerintahan, memang secara struktur yang harus kita lakukan.
Jadi ketika saya pulang akhir nya saya berniat mengambil langsung ilmu kepemerintahan yang berdasarkan kepada OJK (otoritas jasa keuangan) dan Alhamdulillah masuk dalam situ di pengawas bank asing
Saya bertugas sekitar 3 tahun dan disitu juga melihat banyak sekali permasalahan di dunia ekonomi, keuangan, dan perbankan kita yang memang menjadi ranah pengawasan dan pengaturan dari otoritas jasa keuangan.
Karena dulu saya kuliah mengambilnya ekonomi keuangan, ketika mengamalkan ilmu saya semakin paham bahwa banyak masalah yang harus diselesaikan dari regulasinya dan salah satu pembentuk regulasinya adalah DPR selain pemerintah.
KP: Apa yang membuat berminat terjun ke DPR?
Putkom: setelah bertugas di OJK, saya semakin memantapkan diri untuk memperbaiki dari dasarnya dulu di DPR, dan akhirnya waktu itu saya berhenti di OJK dan berkampanye dari bulan September 2018 dan mengikuti pemilu di tahun 2019 bulan April.
Alhamdulillah mendapatkan kepercayaan dari 70.164 konsekuen dan akhirnya masuk ke DPR dan diberi kepercayaan untuk bertugas di komisi XI dan Alhamdulillah menjadi satu-satunya anggota DPR dari fraksi Golkar yang perempuan di komisi XI dan diberikan amanah untuk duduk antar dewan lainnya itu sebagai kerjasama antar parlemen.
Jadi disitulah diplomasi antar parlemen dilakukan antara DPR RI dengan parlemen-parlemen negara lain.
KP: Kakak kan terhitung baru yah, lulus tahun 2015 lalu bertarung di tahun 2019 dalam rentang waktu demikian dan akhirnya kakak menang dalam pemilihan. Apa yang menjadi kunci kemenangan kakak?
Putkom: Mungkin kunci kemenangan tidak bisa serta merta disebutkan satu, tapi ada beberapa strategi yang memang kita ambil pas maju menjadi calon legislatif, jadi yang pertama tentu kita memetakan dulu daerah pemilihan ini walaupun kabupaten Purwakarta merupakan daerah pemilihan saya.
Itu memang kampung halaman tapi tentu sebagai orang sana dan juga kita melihat dari sisi makro ternyata banyak sekali permasalahan yang selama ini kita luput dari penglihatan kita sebagai perwakilan Purwakarta.
Akhirnya pada pertama kali maju memetakan terlebih dahulu di setiap kabupaten yang paling relevan itu apa dan sesuai dengan bidang saya, karena dari dulu saya berfikiran bahwa semua orang itu punya kapasitasnya masing-masing dan keilmuannya.
Waktu itu saya fokus di isu terkait dunia keuangan yaitu terkait permodalan dan juga rentenir, itu sangat mengakar di daerah pemilihan saya, kebanyakan program itu menyasar keperempuan dan kebetulan perempuan yang saya juga perempuan dan itu banyak sekali korbannya.
Jadi selama 8 bulan pertamanya itu kita fokus dan membina ibu-ibu yang banyak menjadi korbannya dan memberikan data inflansi termasuk juga edukasi terkait fungsi DPR itu, karena DPR kita tau lembagai legislasi dan eksekutor nya pemerintah dan DPR hanya mengawasi.
Masyarakat belum paham konteks itu, jadi banyak sekali yang bilang orang DPR itu hanya orang yang bisa bicara saja padahal itu memang tugas pengawasan yang kita lakukan. Waktu pas jadi caleg itu saya berusaha menanamkan konsep kita kepada konsekuen saya, jadi masyarakat lebih bijak dalam menyikapi dinamika politik
Saya juga membentuk tim di setiap desa, jadi tim-tim inilah menjadi pegangan saya di setiap desa untuk memanage isu-isu yang ada disitu, jadi ketika ada isu terkait infrastruktur itu terkait pendidikan dan terkait lainnya yang bukan bidang saya itu tetap kita komunikasikan ke desa-desa lain yang terutama menjadi saksi Golkar yang berada di komisi-komisi lain yang bertanggung jawab itu.
KP: Jadi Bertemu Langsung dengan Masyarakat?
Putkom: DPR itu kolektif kolegial jadi komunikasi itu jalan terus dan saya juga itu melakukan kampanye tatap muka karena kan waktu itu belum masa Corona jadi alhamdulillah masih bisa bertatap muka dengan masyarakat begitu.
Memang yang kita lakukan itu bukan kampanye jaman dulu. Mungkin kampanye jaman dulu itu pesta gede-gedean dan seribu masyarakat datang, sementara yang saya lakukan datang ke rumah penduduk yang mungkin audiensnya hanya 30 orang kita lebih mendengarkan apa yang menjadi hal ketakutan masyarakat.
Jadi bukan saya yang ngomong tapi memang tugas DPR untuk menyerap aspirasi jadi kita lebih mendengarkan keluhan masyarakat disitu, dan saya jadi tau apa yang harus di perbaiki dan di perjuangan kan ketika menjadi anggota DPR nanti.
Laporan: Muhammad Lutfi