KedaiPena.Com – Pengamat Energi Salamuddin Daeng menilai Pertamina berpotensi mengikuti jejak dari empat BUMN yang mengalami masalah kesulitan keuangan dan borok keuangan seperti PT Garuda Indonesia, PT Jiwasraya, PT Pos Indonesia dan PT Krakatau Steel.
Daeng begitu ia disapa mengatakan potensi tersebut didisebabkan oleh beban utang BBM pemerintah, BUMN dan swasta kepada pertamina sangat besar. Hal itu juga diperparah dengan ketidakjelasan pembayaran utang tersebut.
“Utang pemerintah saja nilainya mencapai USD 8,8 miliar atau mencapai Rp 126 triliun,” ujar Daeng kepada wartawan, Jumat (2/8/2019).
Belum lagi, lanjut Daeng, utang milik pertamina dalam bentuk global Bond yang sangat besar mencapai 8,7 miliar dolar.
“Utang tersebut digunakan untuk membiayai penugasan yang diberikan oleh pemerintah,” papar Daeng.
Tidak hanya itu, kata Daeng, kewajiban keuangan (Liabilitas) pertamina yang mencapai 35 miliar dolar. Sebagian besar adalah liabilitas jangka panjang 21 miliar dolar.
“Dengan kewajiban keuangan sebesar ini pertamina terbeban bunga, kurs dan lain- lain,” ungkap Daeng.
Daeng melanjutkan beban investasi awal pertamina untuk mengambil alih kontrak karya yang expired juga menjadi salah satu kendala. Sebagai contoh pengambialihan rokan blok mencapai 780 juta dolar, sekitar Rp11 triliun.
“Beban bunga pinjaman pertamina pada bank bank nasional juga sangat besar. Sehingga menyulitkan pertamina ekspansi hulu dan melaksanakan pembiayaan penugasan pemerintah,” tandas Daeng.
Laporan: Muhammad Hafidh