KedaiPena.Com – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Thohir mengaku, sangat prihatin dengan kondisi rakyat miskin Indonesia saat ini.
Hal itu, kata Hafisz, dikarenakan rakyat miskin yang harusnya diperhatikan pemerintah, justru mereka harus berjuang sendirian alias tidak disubsidi di tengah berbagai keterbatasan akses maupun sumber.
“Pendapatan rakyat miskin sekali itu menurut BPS adalah Rp11ribu atau kurang dari 1 dollar AS per hari, pendapatan rakyat miskin ini bukan subsidi namun penghasilan riil mereka,” beber dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/7).
Di Jerman, lanjut dia, pemerintahannya memberikan subsidi untuk seekor sapi sebesar 2 dollar per hari per sapi.
“Jadi rakyat miskin saja tidak kita subsidi. Sedangkan sapi di Jerman di subsidi 2 dolar. Dan penghasilan rakyat miskin kita hanya kurang dari 1 dollar. Ini jauh sekali dengan biaya hidup seekor sapi yang diatas 2 dollar per hari,” sindirnya.
Menurutnya, daripada memikirkan program-program yang tak bersentuhan langsung dengan rakyat miskin, sebaiknya pemerintah fokus mengentaskan kemiskinan.
“Persoalan ini yang harus kita atasi dulu sebelum berpikir muluk-muluk untuk kesejahteraan rakyat,” tegas politisi PAN itu.
Diungkapkannya, ada beberapa kriteria masyarakat miskin yang masih ada di Indonesia yang kehidupannya memprihatinkan berdasarkan standar Badan Pusat Statistik (BPS).
Pertama, luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per orang. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu atau kayu murahan. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu, rumbia atau kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester.
Kedua, tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain. Ketiga, sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
Keempat, sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak terlindung, sungai dan air hujan.
Kelima, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang dan minyak tanah.
Keenan, hanya mengkonsumsi daging, susu atau ayam dalam satu kali seminggu. Ketujuh, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
Kedelapan, hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari. Kesembilan, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik.
Kesepuluh, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 500 meter persegi, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- per bulan.
Kesebelas, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah atau tidak tamat SD. Keduabelas, tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan minimal Rp500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Laporan: Muhammad Hafidh