KedaiPena.com – Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Fiji telah terjalin sejak 1974 dan pada tahun 2024, kedua negara merayakan tahun emas hubungan ini. Indonesia mengakui peran penting Fiji dalam Pacific Islands Forum (PIF) dan Melanesian Spearhead Group (MSG), serta apresiasi atas tuan rumah The 7th Senior Officials Meeting (SOM) Archipelagic and Island States (AIS) Forum di Suva tahun lalu.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yakin bahwa kolaborasi antara Indonesia dan Fiji di AIS Forum akan mempercepat pencapaian tujuan SDGs, khususnya melalui program beasiswa dan pelatihan.
“Indonesia siap memberikan dukungan, termasuk keahlian, teknologi, dan mekanisme innovative financing atau blended finance alliance untuk mendukung inisiatif konservasi terumbu karang yang dicanangkan Presiden Katonivere di Fiji,” tutur Menko Luhut saat Bilateral Meeting dengan Presiden Fiji Ratu Williame Maivalili Katonivere di sela-sela pertemuan World Water Forum, Uluwatu BNDCC, Nusa Dua, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (22/5/2024).
Menko Luhut mengusulkan kerja sama antara Indonesia dan Fiji dalam pengembangan sektor rumput laut. Indonesia sedang melakukan hilirisasi rumput laut dan telah meresmikan proyek percontohan budidaya rumput laut skala besar di Lombok Timur. Selain rumput laut, kedua negara juga sepakat bekerja sama dalam restorasi mangrove yang akan berkontribusi pada penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida.
Ia mengatakan bahwa blended finance yang dilakukan oleh Indonesia dan Fiji merupakan langkah yang baik.
“Kerja sama dalam blended finance antara Indonesia dan Fiji merupakan langkah yang tepat bagi kedua negara. Kami percaya bahwa dengan memperkuat kemitraan ini, kita tidak hanya akan mencapai ketahanan finansial tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tuturnya.
Global Blended Finance Alliance (GBFA) diharapkan dapat menjadi platform berbagi pengetahuan mengenai implementasi dan inovasi kebijakan blended finance di negara-negara berkembang termasuk Fiji. Melalui GBFA, Indonesia berupaya mendukung SDGs dan mendukung Fiji dalam inisiatif ini.
“SDGs tidak dapat dicapai oleh satu negara saja. Hal ini membutuhkan kerja sama global dan tanggung jawab bersama. Kami percaya bahwa melalui GBFA, kami dapat mendukung Undang-Undang Perubahan Iklim yang merupakan komitmen Fiji untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050. Hal ini juga berkaitan dengan pengelolaan laut dan iklim yang berkelanjutan melalui nature-based solutions,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Presiden Fiji Ratu Williame Maivalili Katonivere memperkenalkan negaranya sebagai zona perdamaian di Pasifik.
“Fiji adalah zona aman di kawasan ini dan akan meningkatkan kehadiran Indonesia di Pasifik,” tuturnya.
Selanjutnya, kolaborasi antara kedua negara ini akan berkembang di sektor digitalisasi, rumput laut, pariwisata mewah, dan perikanan yang akan diimplementasikan dengan berbagi pengetahuan antar kedua negara.
Diskusi lebih lanjut antara Indonesia dan Fiji difokuskan pada langkah-langkah kolaboratif untuk pemberantasan narkoba dan rehabilitasi.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi, menyerukan upaya terpadu yang melibatkan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Kepolisian Fiji untuk bekerja sama dengan lembaga-lembaga di Fiji. Deputi Jodi menekankan perlunya tindakan komprehensif dan intensif terhadap penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, telah ada Fiji-Indonesia Friendship Association (FIFA) sebagai platform strategis untuk memperdalam hubungan budaya dan memperkuat sinergi antara kedua negara. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan diplomatik, mempromosikan perdamaian dan stabilitas, serta memajukan kepentingan bersama, menghubungkan Asia Tenggara dengan Small Island Developing States seperti Fiji.
Sebagai penutup, kedua negara menyepakati pembentukan RI-Fiji Task Force untuk mengimplementasikan area prioritas kerja sama dan menetapkan jadwal pelaksanaannya.
Laporan: Tim Kedai Pena