KedaiPena.Com – Kepala Pemberitaan Korporat Tempo Media, Arif Zulkifi memaparkan sejumlah tantangan yang bakal dihadapi dunia pers di tahun 2021.
“Hacking kekinian bukan sekedar situs tidak bisa diakses, melainkan usaha menghapuskan dan menambahkan berita. Belum lagi situasi pandemi memunculkan permasalahan ekonomi di industri media,” kata Arif sapaanya dalam webinar Proklamasi Democrcy Forum Ke 8, ditulis, Kamis, (31/12/2020).
Selain itu, lanjut Arif, masih adanya pemahaman yang belum seragam di kalangan pers. Terlebih lagi, kata dia, pers bekerja saat ini di bawah ancaman UU ITE.
Hal ini, lanjut dia, dapat membuat pers bisa dikriminalisasi, dan serangan dari pihak-pihak anti demokrasi berupa doxing dan hacking.
Arif mengatakan, bagaimana media bisa memiliki perhatian, konsistensi dengan sikapnya, menjalankan tugas di tengah masyarakat yang terbelah.
“Ada enam nyawa yang melayang, bagaimana kita bisa melihatnya sebagai isu kemanusiaan, terlepas mereka berbalut baju apa, punya ideologi dan pandangan politik seperti apa. Koridor nilai-nilai kemanusiaan ini yang mesti menjadi pegangan bersama,” papar Arif.
Belum lagi, kata Arif, berdasarkan apa yang dijalani di tahun 2020 pandemi ini sedianta telah membatasi mobilitas serta mempengaruhi cara kerja dunia pers.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Batlitbang DPP Partai Demokrat Yan Harahap ini, juga membahas soal kondisi demokrasi di Indonesia di tahun 2021.
Pegiat HAM & Demokrasi, dari Kurawal Foundation, Donny Ardianto menegaskan salah satu penanda regresi demokrasi di Indonesia di samping pemusatan kekuasaan dan pemberangusan oposisi adalah politisasi penegak hukum.
Dia menilai polisi menjadi alat bagi kekuasaan untuk menekan kritik dan lawan politik dengan menggunakan perangkat hukum.
Senada pegiat Demokrasi yang juga dosen UNJ, Robertus Robert menilai,
demokrasi baru tumbuh apabila ada partisipasi dari warga negara.
“Memperkuat dan menyeharkan partai politik merupakan bagian penting dalam Demokrasi,” demikian Robert.
Laporan: Muhammad Hafidh