KedaiPena.com – Pemanfaatan sampah menjadi sumber energi listrik merupakan terobosan inovatif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan penumpukan sampah. Tak hanya itu, kegiatan Waste to Energy (WTE) dipercaya mampu memperkuat ekonomi sirkular.
Komisaris PT PLN (Persero) Eko Sulistyo menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ini akan mampu mengubah paradigma publik pada sampah.
“Dengan konsep zero waste, melalui teknologi thermo-chemical conversion, sampah dapat dirubah menjadi energi ramah lingkungan, baik melalui insinerasi maupun gasifikasi,” kata Eko, dalam paparannya, Jumat (25/3/2022).
Tak hanya itu, pengembangan PLTSa ini juga akan membuka peluang untuk tenaga kerja.
“Tapi Eko terobosan inovasi ini bukanlah tak ada kendala. Tantangan yang masih harus diselesaikan adalah biaya investasi yang masih sangat mahal.jika dibandingkan pembangkit tenaga listrik lainnya,” ujarnya.
Melalui PP No.35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listri Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, pemerintah sudah berusaha memberi insentif tipping fee untuk pengelolaan sampah.
“Namun ini belum bisa menekan harga per kilowatt hour listrik yang dihasilkan,” ujarnya lagi.
Sebagai contoh, pembangunan dua PLTSa yang sudah berkontrak dengan PT PLN adalah PLTSa Benowo Surabaya dan PLTSa Putri Cempo Solo, dimana tipping-fee adalah Rp500 ribu per ton sampah, sementara harga listrim yang dibeli PLN adalah 13,35 sen per kWh.
“PLTSa Benowo yang sudah beroperasi sejak Maret 2021 lalu, mengolah sampah 1.000 ton per hari. Dengan metode gasifikasi dihasilkan 9 MW. Pengembalian investasi didapatkan dari penjualan listrik ke PLN dan biaya layanan pengelolaan sampah (BPLS) sebagai tipping fee dari pemerintah kota,” urainya.
Sementara PLTSa Putri Cempo dengan menggunakan gas engine memproses 545 ton sampah per hari untuk menghasilkan 8 MW.
“Yang 5 MW dijual ke PLN dan sisanya digunakan untuk kepentingan operasional. Tahap selanjutnya akan dilakukan pengembangan kapasitas menjadi 13 MW. Karena, PLTSa Putri Cempo ini tidak mendapatkan tipping fee maka mereka menggunakan teknologi yang tidak menimbulkan biaya pengoperasian besar,” urainya lagi.
Laporan: Natasha