KedaiPena.Com – Program laptop merah putih yang direncanakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud ristek) dinilai kurang efektif dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Apalagi, spesifikasi laptop dinyatakan tidak sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
Pemerhati pendidikan Vox Point Indonesia, Indra Charismiadji, menilai program pengadaan laptop merah putih senilai Rp17 triliun oleh Kemendikbudristek tidak akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Hal ini, kata dia, akan terjadi jika tanpa perencanaan yang matang dan menggunakan data-data serta kajian akademis.
“Digitalisasi pendidikan itu tidak bisa hanya sekedar pengadaan laptop,” kata Indra saat dihubungi, Sabtu (31/7/2021).
Ia menyebutkan ada tiga komponen yang harus disiapkan bersamaan dalam implementasi program digitalisasi pendidikan.
“Yaitu infrastruktur, infostruktur dan infokultur. Laptop ini bagian dari infrastruktur, bagaimana dengan infostruktur dan infokulturnya? Kalau tidak disiapkan nasibnya bisa sama seperti kegagalan program 1Bestarinetnya Malaysia atau program pengadaan tabletnya Thailand,” ucapnya.
Ia menjelaskan 1Bestarinet adalah sebuah mega proyek pemerintah Malaysia dengan anggaran berkisar Rp14 triliun untuk menyediakan konektivitas internet dan menciptakan lingkungan belajar virtual (virtual learning enviroment) pada 10.000 sekolah di seluruh wilayah Malaysia. Pengadaan laptop chromebook dan Learning Management System (LMS) menjadi bagian dari proyek ini.
“Saya kebetulan ikut bantu cuci piring dengan proyek ini di Malaysia. Infrastrukturnya disiapkan, Infostrukturnya disiapkan dengan LMS tapi Infokulturnya tidak disentuh sama sekali. Laptop-laptop tersebut akhirnya banyak tidak digunakan karena guru tidak tahu cara memanfaatkannya dengan optimal. Tim saya terjun melatih dan mengimplementasikan lingkungan belajar virtual di sekolah-sekolah dasar jenis kebangsaan Cina, ini juga karena orang tua mau membayar. Saya tidak terbayang apa yang terjadi dengan Indonesia yang hanya disiapkan laptop chromebooknya saja,” ucapnya lagi.
Proyek 1Bestarinet ini akhirnya dihentikan oleh pemerintah Malaysia pada tahun 2019 karena berdasarkan hasil audit, hasilnya jauh dibawah harapan.
Indra menyatakan Indonesia lebih baik mengikuti jejak Singapura yang membuat perencanaan awal yang matang dengan ICT Masterplan in Education (Red : Rencana Utama Digitalisasi Pendidikan) sejak tahun 1997 dibandingkan Malaysia atau Thailand yang lebih mementingkan proyeknya daripada nilai manfaatnya.
“Malaysia sudah jelas-jelas gagal dengan proyek chromebooknya. Sekarang kita mau menjalankan proyek yang sama di tengah pandemi pula. Jangan sampai Indonesia kejeblos di lobang yang sama. Itu bodoh sekali namanya. Saya sangat berharap Kemendikbudristek sudah membuat kajian yang melibatkan publik, pakar-pakar pendidikan, dan pakar-pakar IT. Lucu sekali jika Kemendikbudristek membuat kebijakan tanpa riset. Tapi sepertinya selama ini seluruh kebijakan diambil tanpa ada kajian, pelibatan publik, dan uji publik yang jelas,” tuturnya.
Ia menyayangkan Singapura yang ukurannya hanya sebesar kecamatan di Indonesia mampu memiliki perencanaan digitalisasi pendidikan yang matang dan terukur dengan ICT Masterplan in Educationnya.
“Kita yang 17 ribu pulau, 260 ribu sekolah, 50 juta siswa, tidak ada perencanaan sama sekali. Singapura sekarang sudah masuk fase ke-4 dalam masterplan tersebut dan didalamnya lengkap bagaimana infrastruktur, infostruktur, dan infokulturnya. Kalau kita hanya fokus ke pengadaan laptopnya, tanpa ada kajian yang kompresensif, ya siap-siap saja uang rakyat terbuang sia-sia,” tandasnya.
Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek, M.Samsuri, yang dikonfirmasi, menjelaskan bahwa program pengadaan laptop chromebook sebesar Rp3,7 triliun di tahun 2021 ini merupakan program dengan tujuan untuk mengakselerasi kebijakan Merdeka Belajar dalam konteks menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.
“Untuk spesifikasi, itu hanya spesifikasi minimal. Nanti yang menentukan belanjanya adalah pemerintah daerah,” katanya menjelaskan dengan singkat.
Tapi, ia tidak menjelaskan lebih lanjut terkait kajian akademis untuk keputusan pemerintah memilih teknologi chromebook dibandingkan dengan teknologi lain.
Laporan: Natasha