KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli menanggapi santai nyinyiran dari para buzzer yang selama ini menyerang dirinya. RR begitu Rizal Ramli disapa memang secara konsisten memberikan kritik dan masukan yang konstruktif kepada rezim Jokowi.
Terbaru RR diserang oleh BuzzerRp, julukan untuk para pendengung di sosial media lantaran permintaan maafnya karena mengaku kurang tepat dalam memprediksi krisis ekonomi yang memicu kasus gagal bayar sejumlah perusahaan asuransi di Tanah Air.
RR sendiri awalnya pada bulan Maret 2020 memprediksi pertumbuhan kredit di Tanah Air berkutat di angka empat persen atau merosot dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,02 persen.
Kondisi itu diperburuk dengan adanya wabah Covid-19 pertumbuhan kredit bisa minus satu persen. Permasalahan gagal bayar asuransi Jiwasraya dan Asabri pun turut berperan dalam permasalahan ekonomi lantaran mencapai total Rp150 triliun.
Namun demikian prediksi RR kurang tepat lantaran bukannya lebih rendah, gagal bayar yang terjadi di dua asuransi tersebut lebih besar dari perkiraan. Apa yang terjadi jauh lebih buruk dari prediksi RR.
Total gagal bayar sekuritas dan asuransi mencapai Rp400 triliun. Hal ini yang membuat RR mendapatkan serangan dari para BuzzerRp yang mengira analisis melesetnya.
Padahal permintaan maaf RR sendiri merupakan sindiran satire kepada Presiden Jokowi berserta jajaran kabinet lantaran buruknya kondisi ekonomi Indonesia.
“Ketika buzzerRP hanya punya 3 kata untuk menyerang RR: nyinyir, pecatan, tua, susah untuk tidak menduga IQ mereka di bawah 60,” cuit RR dalam akun Twitter-nya, Kamis, (6/4/2020).
RR menegaskan, bahwa yang meminta dirinya menjadi Menteri Koordinator sampai tiga kali ialah Presiden Jokowi bukan dirinya.
Tanggapan itu merupakan komentar dirinya perlihal kritikan dan nyinyiran dari para BuzzerRp yang terus membahas pemecatan sebagai Menteri Jokowi.
“Kalau soal pecatan, yang minta-minta RR jadi Menko itu sampai 3 kali itu Jokowi. Ternyata Jokowi mudah dipengaruhi oleh pengpeng dan pegusaha reklamasi. Gitu aja repot,” tegas RR.
Laporan: Sulistyawan