KedaiPena.Com – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah bisa memainkan peran strategisnya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dalam berdiplomasi dengan negara lain.
Hal tersebut disampaikan oleh Netty saat menanggapi pidato Presiden Joko Widoddalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-75 secara virtual, Rabu (23/9/2020).
Dalam pidato yang sudah direkam sebelumnya (taping), Presiden meminta akses yang setara bagi semua negara di dunia terhadap vaksin Covid-19.
“Indonesia harus bisa memainkan peran diplomasi strategisnya terhadap negara-negara kuat agar saling bekerjasama, bukan justru saling berperang. Dorong negara-negara di dunia untuk berpacu menemukan vaksin Covid-19 terbaik dan membuka akses yang setara bagi semua negara. Pandemi adalah persoalan kemanusiaan yang harus dihadapi bersama,” kata Netty dalam keterangan medianya, Kamis, (24/9/2020).
Menurut Netty, sebagai anggota Dewan Keamanan (DK) PBB, Indonesia ikut bertanggung jawab akan terselenggaranya perdamaian dan keamanan internasional.
“Oleh karena itu, kerjasama global di masa pandemi ini adalah sebuah keharusan untuk menyelamatkan peradaban manusia kedepannya,” ujarnya.
Netty menyebut, secara normatif keberadaan Indonesia di DK dapat mempengaruhi keputusan PBB, meskipun tidak memiliki hak veto sebagaimana lima negara anggota tetap DK PBB.
“Indonesia dapat memberikan pandangan dan ide dalam menjaga stabilitas global. Hal ini tentunya mengharuskan pemerintah memiliki kemandirian, kepercayaan diri dan jiwa nasionalisme yang berwawasan global agar bisa dipercaya dunia,” terangnya.
Untuk menunjukkan pada dunia keseriusan Indonesia menyelesaikan permasalahan Covid-19, kata Netty, pemerintah harus mendukung segala upaya keberlangsungan riset di tanah air.
“Pemerintah harus mendukung ekspolarasi pengetahuan dan riset iptek untuk penemuan vaksin oleh anak bangsa. Publik saat ini sedang menanti bagaimana kelanjutan obat Covid yang dibuat Unair, bagaimana progres vaksin merah putih? Apakah memang menjanjikan atau hanya sebatas isapan jempol saja?” tandas Netty retoris.
Laporan: Muhammad Hafidh