KedaiPena.com – Menanggapi adanya usulan revisi harga eceran tertinggi untuk avtur, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Fraksi PAN, Eddy Soeparno mengatakan, dalam merevisi atau mengevaluasi, perlu dilihat terlebih dahulu struktur biaya avtur.
Karena komponen biaya pembentuk struktur harga avtur tidak hanya dari bahan bakunya saja. Akan tetapi juga ada komponen bahan impor sehingga menyebabkan adanya bea impor, transportasi, dan inventarisasi logistik untuk penyimpanannya.
Ia menyatakan pemerintah mesti menghitung masing-masing komponen untuk melihat secara aktual biaya avtur. Setelah itu, juga perlu dihitung margin yang memang harus diberikan untuk badan usaha yang mensuplai avtur tersebut.
“Kita belum tahu struktur biayanya, jadi itu harus dirinci terlebih dahulu sebelum kemudian menetapkan atau kita memberikan kepastian apakah harga avtur hari ini mahal atau tidak,” kata Eddy, Sabtu (6/7/2024).
Ia menyebutkan sebelum mengambil kesimpulan apakah harga avtur mahal atau tidak, perlu dilakukan penilaian pada margin keuntungan dan komponen biaya.
“Ini yang perlu kita dapatkan rinciannya terlebih dahulu sebelum menetapkan bahwa hari ini avtur kita terlalu mahal dibandingkan negara-negara lain,” ujarnya.
Sebelumnya, Anggota KPPU Budi Joyo Santoso, mengatakan bahwa evaluasi ulang terhadap formulasi avtur sangat penting, terutama terkait besaran konstanta sebesar Rp 3.581 per liter dan pajak PPh22 yang dikenakan khususnya untuk avtur produksi domestik.
Menurut data, konsumsi avtur dari tahun 2019 hingga 2023, dengan mengurangi konstanta tersebut menjadi Rp2.000 per liter, diperkirakan biaya BBM penerbangan dapat dihemat hingga Rp24,8 triliun. Penghematan ini diharapkan dapat menurunkan harga tiket pesawat dalam periode yang sama.
Laporan: Ranny Supusepa