KedaiPena.com – Mencuatnya berita potensi terjadinya Megathrust di wilayah Indonesia, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan pihaknya telah melakukan mitigasi bencana alam, termasuk ancaman gempa dahsyat megathrust, dengan cara selektif dalam pemberian izin untuk lahan kawasan industri.
“Gempa itu memang sesuatu yang tidak bisa kita kontrol secara fully. Tapi berkaitan dengan industri, Kemenperin sangat hati-hati ketika kita memberikan perizinan untuk kawasan-kawasan industri,” kata Agus, dikutip Selasa (27/8/2024).
Ia memastikan dalam proses pemberian izin lahan, pihaknya selalu mempertimbangkan potensi terjadinya bencana di lokasi tersebut. Sehingga, hanya lokasi yang diperkirakan aman saja yang akan mendapatkan izin untuk dibangun menjadi kawasan industri.
“Kami memastikan bahwa perizinan itu sudah sesuai dengan perkiraan dari kemungkinan terjadinya bencana, baik itu bencana kebakaran hutan, banjir, maupun bencana megathrust yang diprediksi akan terjadi,” urainya.
Agus menyatakan walaupun mitigasi dengan cara selektif menetapkan kawasan yang dinilai aman itu belum tentu 100 persen tepat, namun setidaknya itu bisa meminimalisir dampak operasional produksi.
“Kemenperin sudah menerapkan standar dalam penetapan lahan untuk kawasan industri,” ungkapnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan adanya potensi sumber gempa besar, yaitu megathrust yang mengintai wilayah Indonesia. Peringatan itu kembali diungkapkan menyusul kekhawatiran peneliti Jepang pascaguncangan gempa M7,1 yang terjadi di Megathrust Nankai Jepang Selatan pada Jumat 8 Agustus 2024 pukul 14.42.58 WIB.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, kekhawatiran ilmuwan Jepang akan adanya potensi gempa besar dipicu salah satu segmen di Megathrust Nankai bukan tak beralasan. Sebab, di zona megathrust ini terdapat palung bawah laut sepanjang 800 kilometer (km) yang membentang dari Shizouka di sebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushu. Gempa M7,1 kemarin dikhawatirkan menjadi pemicu atau pembuka gempa dahsyat berikutnya di Sistem Tunjaman Nankai.
“Terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut “tinggal menunggu waktu” yang kami sampaikan sebelumnya, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat. Dikatakan “tinggal menunggu waktu” disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi,” kata Daryono.
Laporan: Ranny Supusepa