KedaiPena.Com – Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Gerindra Heri Gunawan menilai ada beberapa faktor yang membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani kerap mendapatkan berbagai penghargaan internasional, salah satunya ialah lantaran kegemarannya berutang.
“Hobi gemar berutang inilah yang menjadikan nama Sri Mulyani bersinar di dunia internasional dan mendapatkan banyak penghargaan. Ya, mendapatkan penghargaan internasional karena ikut memberi andil keuntungan kepada pemberi utang dengan memberi bunga yang tinggi?,” imbuh Heri sapaanya kepada wartawan, Selasa, (29/10/2019).
Alasan Heri menyampaikan hal tersebut lantaran belum 100 hari kerja, mantan menkeu di kabinet periode pertama Presiden Jokowi ini sudah mau kembali menambah utang.
Menurut rencana, Menkeu Sri Mulyani akan menambah utang dengan menerbitkan surat utang berdenominasi valuta asing (valas) atau global bond yang akan ditawarkan kepada para investor asing.
Hal tersebut dilakukan dengan dalih Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang mengalami defisit dan kebutuhan negara yang membesar.
“Jalan pintas yang diambil Kementerian Keuangan dengan cara menerbitkan global bond secara tidak langsung membuktikan bahwa tidak adanya perbaikan ekonomi selama lima tahun belakangan ini. Pertumbuhan ekonomi yang tidak pernah mencapai target dan penerimaan pajak yang selalu meleset,” tutur Heri.
Heri berpandangan, selama ini Pemerintah juga tidak berhasil melakukan diversifikasi sumber pemasukan dari sektor pajak, dan masih mengandalkan sumber-sumber lama dari sektor migas.
“Padahal kondisi saat ini harga komoditas mengalami penurunan akibat tensi perang dagang dan ketidakpastian ekonomi global,” papar Heri.
Jika kembali kepada surat utang tadi, lanjut legislator asal Sukabumi ini, surat Utang Negara (SUN) akan diterbitkan dalam dua valuta asing (dual-currency) berdenominasi USD dan Euro.
“Masing-masing sebesar USD1 miliar untuk tenor 30 tahun dan EUR1 miliar untuk tenor 12 tahun, yang berarti akan jatuh tempo pada 30 Oktober 2031 dan 30 Oktober 2049,” tegas Heri.
Dengan demikian kesimpulannya, tegas Heri, bahwa yang dilakukan oleh Menkeu Sri Mulyani pada periode keduanya ini tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya.
“Tidak ada hal yang baru. Utang, utang, dan utang,” pungkas Heri.
Laporan: Muhammad Hafidh