KedaiPena.Com – Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) membatasi jumlah pendaki ke gunung tersebut pada perayaan 17 Agustus 2018. Hal ini dilakukan untuk menekan volume sampah.
Demikian dikatakan Kepala TNGR Sudiyono dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com, ditulis Jumat (26/7/2018).
“Intinya pembatasan jumlah kunjungan, karena efek upacara 17-an di Rinjani adalah sampah. Kita tidak anti upacara tapi masih banyak tempat upacara yang lebih pas,” kata dia.
Ia juga mengatakan, perayaan 17-an di Rinjani, atau gunung-gunung lain tidak memberi dampak terhadap kebersihan. Malah, sampah membludak.
“Saya gak setuju dengan hal tersebut, karena nanti orang akan berbondong-bondong ke sana (gunung). Dampaknya pasti banyak sampah,” Sudiyono melanjutkan.
“Tahun lalu juga gak ada upacara di gunung. Beberapa TN membuat kebijakan yang sama untuk mengurangi sampah,” lanjutnya.
Daripada menggelar Upacara 17-an di gunung, Sudiyono melanjutkan, lebih baik melakukan di kawasan lain, semisal di Sembalun. Hal ini lebih cocok, agar ada dampak ekonominya bagi masyarakat. Apalagi kalau dikoordinir dengan baik.
“Kalau bisa libatkan paralayang lokal akan lebih menarik. Kita (Taman Nasional) biasanya (melakukan upacara 17-an) dengan dikoordinir oleh Kadis LHK,” imbuh dia.
Sudiyono sendiri tidak mempermasalahkan penolakan dari para pendaki. Hal ini, bukan masalah takut tidak takut. Usaha kebersihan di TNGR menjadi tanggungjawab pengelola, pendaki adalah mitra. Jadi, jangan dibenturkan.
Untuk pendaftaran pendakian, TNGR masih buka. Mulai 1 Agustus 2018, TNGR akan memulai sistim e-ticketing dengan sistim kuota yang saat ini dalam proses penyempurnaan.
“Jalur Sembalun 300 orang per hari, Senaru 100 orang per hari, Timbanuh dan Aiberik masing-masing 150 orang per hari,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh