KedaiPena.Com - Kawasan Wisata Cibodas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), merupakan destinasi wisata favorit bagi sejumlah masyarakat Jakarta, Bogor, Depok dan Tanggerang.
Dikelola Balai Besar Taman Nasional Gede Pangrango, TNGGP ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980, dengan luas 22.851,03 hektar.
Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini sendiri ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan, dan hanya berjarak 2 jam (100 km) dari Jakarta.
Selain, memiliki hutan tropis, kawasan wisata Cibodas, Kebun Raya Cibodas dan tempat-tempat suvenir, TNGGP juga memiliki satu tempat yang sukar untuk ditemui di Taman Nasional atau tempat wisata. Tempat tersebut ialah taman baca untuk anak-anak.
Terlahir dengan nama Taman Baca Anak Cibodas. Taman baca tersebut hadir di tengah hiru pikuk wisatawan, pendaki dan pedagang yang berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan beraneka ragam jenis buku untuk anak-anak.
Ditemui tim KedaiPena.Com, Pendiri dari Taman Baca Anak Cibodas, Alvin mengatakan, bahwa pembuatan taman baca yang berada di daerah tersebut dilandasi kurangnya edukasi, serta tempat belajar untuk para anak-anak yang bermukim di daerah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
“Karena, mayoritas masyarakat disini tidak mempunyai kelebihan apa-apa dan hanya terpaku pada satu keahlian. Maka itu saya tergerak untuk membuat memiliki tujuan, dan keahilan lebih agar mereka bisa memperbaiki hidup orang tuanya. Karena hidup disini tak menentu membuat mereka kadang suka kebingunan ketika tidak mempunyai pekerjaan, makanya saya terdorong untuk membuat taman baca agar anak-anak kedepanya dapat memiliki hidup lebih,” ujar Alvin di TNGGP, Selasa (7/2).
Alvin mengatakan, mayoritas buku-buku yang berada di taman baca itu merupakan hibah atau pemberian dari para pendaki serta rekan-rekannya.
“Selain taman baca kita juga mempunyai program beasiswa yang merupakan sumbangan masyarakat Indonesia yang berada di USA (Amerika Serikat), dan kita gunakan untuk kegiatan les serta membantu anak-anak yang kesulitan untuk melunasi SPP,” kata Alvin.
Akan tetapi, lanjut dia, sampai saat ini pihak Balai Taman Nasional tidak peduli keadaan sosial dan masyarakat setempat. Sehingga, mereka tidak peduli pada apa yang sudah ia berdayakan bersama kedua temannya.
“Saya berapa kali mencoba untuk membuat program yang di ajukan ke balai Taman Nasional tapi no respon,” ungkapnya.
Laporan: Muhammad Hafidh