KedaiPena.Com – Setelah Vietnam sebal dengan Cina, Malaysia juga membatalkan banyak proyek infrastruktur Cina.
Bukan hanya itu, sejumlah negara tidak suka sama Cina, dan kini giliran Filipina mengatakan Cina (negara) tidak bisa dipercaya. Bahkan muncul perlawanan atas Cina di Filipina.
Fenomena ini dianggap wajar oleh pengamat kebijakan publik Syafril Sjofyan.
“Negara-negara yang sedang berkembang dan lemah stabilitas politiknya umumnya terancam oleh Cina dan Zionis, tentu saja sebelumnya telah terjajah oleh Inggris, Belanda dan Amerika,” kata
aktivis 77-78 ini.
Sementara, lanjut dia, kalau Iran tidak terancam dalam hubungan dengan Cina, karena tidak ada Cina secara etnis tidak tinggal di sana. Dan secara negara tidak berkembangkan di sana.
“Iran membatasi ruang gerak asing manapun berkuasa, maka mereka sama sekali tidak terlibat dalam politik dalam negeri. Artinya dengan posisi memiliki martabat dan kedaulatan, Iran tidak takut berhubungan dengan Cina,” lanjutnya.
Karena hubungan keduanya setara, bukan sebagai budak terhadap majikan. Jadi kasus Iran tidak bisa dijadikan bandingan dengan Indonesia dan negara Asia Tenggara.
“Hanya beberapa orang sarjana naif yang masih suka menyamakan kondisi tersebut dengan mengatakan yang berbahaya hanya Amerika kalau Cina tidak. Mereka tidak mau capek berpikir lebih jauh tentang apa yang mereka yakini dan katakan,” lanjutnya.
Kunci untuk melawan hegemoni Cina ataupun AS, harus dengan pemimpin yang kuat, berwibawa dalam pergaulan pemimpin bangsa lain. Pemimpin tersebut harus mampu berkomunikasi dan berpengaruh di pergaulan internasional.
“Pemimpin mesti mampu ‘menyatukan’ Afrika dan Asia lainnya sebagai kekuatan non blok,” lanjut dia.
Di samping pemimpin yang kuat, juga rakyatnya harus berdaulat dan bersatu. Bukan rakyat yang dipecah belah.
“Di Indonesia sudah sejak empat tahun ini tidak mampu untuk disatukan, malah semakin parah perpecahannya,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh