KedaiPena.Com – Setelah melakukan survei intensif sejak tahun 1995, akhirnya Camera Trap milik Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) berhasil menangkap Babirusa Maluku atau Babyrousa babyrussa di kawasan Suaka Alam Masbait, pulau Buru, Maluku.
Kepala Balai KSDA Maluku, Danny H Pattipeilohy mengungkapkan, rasa gembiranya atas keberhasilan tim survei Balai KSDA Maluku yang bekerja keras untuk mendapatkan bukti langsung dengan terekamnya foto Babirusa oleh kamera jebak.
“Selanjutnya akan direncanakan program kegiatan untuk konservasi Babirusa khususnya di Pulau Buru seperti peningkatan patroli pengamanan, penyadartahuan masyarakat serta survey pakan/habitat. Selain itu rencananya akan dilaksanakan juga survey monitoring dengan pasang kamera trap di habitat Babirusa lainnyaseperti di P. Mangole dan P. Taliabu, untuk pembuktian langsung keberadaan babirusa Maluku,” kata Danny, Jumat (16/7/2021).
Ia menyatakan, sejak survei intensif mulai tahun 1995 belum pernah ditemukan Babirusa secara langsung kecuali jejaknya.
Bahkan sampai pada tahun 1997, ditemukan tengkorak Babirusa oleh seorang pemburu di sekitar Gunung Kapalat Mada, Pulau Buru.Sehingga, kata dia, terkonfirmasi bahwa Pulau Buru sebagai salah satu habitat Babirusa.
“Informasi dari masyarakat setempat, menyampaikan bahwa mereka pernah menjumpai Babirusa di hutan-hutan pada perbukitan dan pegunungan, serta mitos setempat bahwa Babirusa akan muncul untuk menunjukkan jalan keluar bagi orang yang tersesat di dalam hutan memperkuat informasi Pulau Buru sebagai habitat Babirusa secara tidak langsung,” ungkapnya.
Balai KSDA Maluku tahun 2011 hingga 2013 telah melaksanakan survei intensif di kawasan konservasi tetapi belum mendapatkan bukti perjumpaan secara langsung sehingga menjadikan keberadaan Babirusa di Pulau Buru masih dianggap sebagai mitos.
Berawal dari ditemukannya tengkorak dan tulang belulang Babirusa oleh Tim Balai KSDA Maluku yang sedang melakukan patroli rutin di kawasan Suaka Alam Masbait pada November 2019.
Hal tersebut menjadikan BKSDA Maluku berupaya untuk mendapatkan bukti langsung keberadaan Babirusa di Pulau Buru terutama pada areal ditemukannya tengkorak dan tulang belulang Babirusa.
Upaya tersebut mendapat dukungan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati – Ditjen KSDAE melalui Project EPASS (Enhancing the Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation) Tahun 2020, dengan dihibahkannya peralatan survey berupa 20 buah kamera jebak dan 1 buah GPS kepada Balai KSDA Maluku.
“Dari 10 Camera Trap, yang dipasang sejak April 2021 di tujuh lokasi lintasan satwa, hanya satu yang tidak menangkap keberadaan Babirusa,” kata Danny.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK, Indra Exploitasia, mengapresiasi upaya dan kerja keras Tim Balai KSDA Maluku dalam memperoleh bukti nyata keberadaan Babirusa yang merupakan Satwa Prioritas Nasional yang dilindungi secara penuh sejak Tahun 1931.
“Saya akan mendukung sepenuhnya untuk upaya-upaya konservasi satwa jenis ini yang akan dilakukan oleh Balai KSDA Maluku kedepannya,” kata Indra.
Selain rekaman foto Babirusa, kamera jebak yang dipasang oleh Balai KSDA Maluku juga menangkap beberapa gambar jenis satwa lain seperti Gosong Maluku (Eulopia wallacei), Burung Arika (Gallicrex cinerea), Gosong Kelam (Megaphodius freycinet buruensis), Musang/Rase (Viverra tangalunga), Biawak (Varanus salvatori), Rusa Timor (Rusa timorensis), dan Babi Hutan Sulawesi (Sus celebensis).
Laporan: Natasha