KedaiPena.Com – Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) merilis hasil survei terkait elektabilitas calon presiden 2019.
Survei yang dilakukan pada tanggal 16 sampai dengan 30 April 2018 dan dilakukan di 34 provinsi di Indonesia. Survei dilakukan dengan wawancara langsung tatap muka dengan panduan kuesioner.
Komposisi gender pada responden secara keseluruhan adalah terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebesar 53 persen dan jenis kelamin perempuan sebesar 47 persen.
Untuk calon presiden dengan elektabilitas tertinggi masih ditempati oleh petahana Joko Widodo (Jokowi) dengan elektabilitas sebesar 38 persen.
Disusul Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebesar 29 persen. Sedangkan, 33 persen lainnya mengaku tidak tahu.
Ketua Umum Orkestra, Poempida Hidayatulloh mengatakan, bahwa ‘top of mind’ alasan masyarakat memilih Jokowi lantaran sukses dalam program infrastruktur.
“Alasan lainnya masyarakat memilih Jokowi karena progamnya lebih baik sebesar 2,5 persen, programnya memihak ke rakyat kecil sebesar 5,7 persen,” kata dia dalam pemaparannya di Menara Jamsostek, Gatot Subroto, Jakarta, Minggu, (13/5/2018).
“Lalu, Jokowi dianggap sebagai pemimpin yang memihak rakyat sebesar 2,8 persen. Sedangkan sisanya, 33,3 persen, menjawab lain,” imbuh dia.
Sedangkan untuk Prabowo sendiri, lanjut Poempida, ‘top of mind’ memilih mantan Danjen Kopassus tersebut lantaran keinginan rakyat untuk mengganti Presiden sebesar 30,4 persen.
“Alasan lain, masyarakat memilih Prabowo, adalah cita-citanya memajukan Indonesia sebesar 9,7 persen, pro ulama dan umat Islam sebesar 11,9 persen, tidak pro asing sebesar 10,9 persen. Kemudian visioner, tegas dan berani sebesar 11,3 persen. Sedangkan jawaban lainnya sebesar 25,8 persen,” jelas dia.
Poempida menegaskan, bahwa pihaknya memang tidak memasukan nama-nama calon alternatif presiden alternatif lain lantaran hanya mengukur calon-calon yang sudah memastikan diri mendapatkan tiket maju dalam pilpres 2019.
Sejauh ini, yang sudah memastikan diri mendapatkan tiket hanya Presiden Jokowi dan Prabowo.
Laporan: Muhammad Hafidh