Kedaipena.com – Center for Social Political Economic and Law Studies (CESPELS) melaksanakan survei nasional dengan tentang pandangan Masyarakat Terhadap Covid-19, Penanganan Pemerintah dan Dampak Sosial Ekonominya.
Kegiatan survei nasional tersebut dilaksanakan mulai tanggal 21 April sampai 3 Mei 2020. Dan survei ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik sampling stratified random sampling dengan margin error +-3%.
Direktur Eksekutif Center for Social, Political, Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun mengatakan, bahwa survei tersebut mendapatkan data dari 20 provinsi yang dilakukan secara online.
“Sebetulnya responden yang masuk ke kita mencapai sekitar 1.200 responden, namun karena kita menggunakan metode sampling jadi kita menggunakan 1.053 responden,” ucap Ubed sapaanya saat mempresentasikan hasil survei tersebut secara daring atau online.
Selanjutnya, Ubed menjelaskan, tidak mudah untuk mengumpulkan responden sebanyak mungkin di masa pandemi seperti ini.
“Tetapi kami terus mencoba berusaha dalam waktu hampir dua minggu, untuk dapat meningkatkan dan mencapai standarisasi survei dan metodelogi penelitian,” tambahnya.
Dalam survei tersebut, Ubed melanjutkan, terdapat beberapa aspek yang di temukan, seperti identitas responden mayoritas kelas menengah, pandangan masyarakat terhadap penyebaran Covid-19 ini di anggap sangat berbahaya dan aspek lainnya.
“Survei ini pun kami menemukan beberapa hal, yaitu mayoritas responden menilai pemerintah pusat lambat dalam merespon penyebaran virus Covid-19 mencapai 45%, sedangan yang menilai cepat sebanyak 25,4% dan 29,6% menilai biasa saja,” jelasnya.
Tidak hanya itu, banyaknya responden
menyatakan bahwa lingkungan sekitarnya kurang aman sekitar 51 %. Yang diiringi dengan bekerja dan belajar dirumah juga telah membuat masyarakat tidak nyaman.
“Dan survei ini menemukan sebanyak 50% responden merasa tidak nyaman belajar dan bekerja di rumah, selanjutnya sebanyak 13,2% merasa sangat tidak nyaman. Ini artinya secara sosial masyarakat kita sedang mengalami tingkat stres yang cukup tinggi,” ujar Ubedilah
Tidak hanya berdampak pada sektor sosial, dampak dari penyebaran virus Covid-19 ini terasa hingga sektor ekonomi, karena pada survei tersebut menemukaan dari sisi kemampuan ekonomi masyarakat survei ini menemukan bahwa mayoritas responden (69,4%) menyatakan kemampuan ekonominya tidak cukup untuk biaya hidup dua bulan kedepan.
Hal ini berarti kemampuan ekonomi masyarakat secara umum hanya sampai pada bulan Juli 2020.
“Mayoritas responden (48,3%) menilai
kebijakan tinggal dirumah selama PSBB itu mengganggu pendapatan mereka dan sangat mengganggu pendapatan responden (33,2%). Ini menunjukan bahwa dampak ekonomi dari Covid-19 benar-benar mengurangi pendapatan masyarakat,” tutup Akademi UNJ ini.
Laporan: Muhammad Lutfi