Surat ini ditulis oleh Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Militer.
Yth dan saya muliakan Syekh Panji Gumilang,
Pertama-tama, ijinkan saya menyampaikan salam tabik untuk yang saya hormati Syekh, yang belum pernah berkesempatan saya kenal dan temui dalam perjalanan hidup saya, tetapi sudah berniat mulia membuatkan kapal sebesar bahtera Nabi Nuh untuk bangsa ini, dan dengan membubuhkan nama saya, Connie Rahakundini Bakrie.
Berdasarkan ayat di dalam Alkitab, saya dapat membayangkan dan memperkirakan bahwa Bahtera Nabi Nuh memiliki panjang sekitar 510 kaki dan tinggi 50 kaki. Itu berarti Bahtera Nuh memiliki panjang sekitar 1/2 dan 1/4 tinggi kapal pesiar terbesar di dunia per hari ini, ’Icon of the Seas’, yang panjangnya 1.198 kaki.
Kapal induk dan kapal pesiar kira-kira berukuran sama. Hanya beda kegunaan tentunya, satu untuk perang, satu lagi untuk bersenang-senang. Kapal induk terbesar saat ini adalah kapal induk Gerald R. Ford Class, yang memiliki panjang 1.106 kaki alias sedikit lebih kecil dari kapal pesiar terbesar di dunia, Icon of the Seas diatas.
Saya tertegun membaca berita yang saya terima beberapa sahabat terkait betapa mulianya niat dan langkah Syekh, karena saya tidak pernah melihat Syekh atau keluarga ‘flexing’ menggunakan private jet berlapis emas buatan Embraer, dari pabrikannya di São José dos Campos, atau yacht pribadi semewah milik Sultan Brunei atau Raja Arab buatan Damen Yacht, atau mengendarai Lamborghini berwarna permen berwarna-warni menggiurkan atau memamerkan Skyscraper dengan kantor pribadi menjulang di Jakarta Pusat. Tidak pernah.
Itu sebabnya, niat Syekh membangun kapal pertama, disusul kapal kedua, lalu ketiga dengan nama Kanjeng Ratu Kalinyamat, dan kapal ke empat sebesar Bahtera Nabi Nuh sepanjang 1.198 kaki (sekitar 365,5 meter) dengan nama saya, membuat saya bahagia dan sangat bangga bahwa akhirnya ada tokoh NKRI yang benar benar berniat mewujudkan dan akan membuktikan negeri kita sebagai negara Poros Maritim Dunia kembali. Sebab nenek moyang kita pernah berabad abad berada di titik itu dengan beberapa penelitian ilmiah dan akademik membuktikannya.
Padahal, saya perkirakan, jika saya komparasikan pada KRI Bung Karno kelas Corvette yang baru saja diresmikan beberapa hari lalu di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, maka untuk membuat kapal sebesar bahtera Nabi Nuh tersebut, Syekh harus mengeluarkan dana setidaknya sekitar 1,7 triliun. Artinya, jika saja kasus korupsi di sebuah kementerian yang katanya mencapai 8 triliun itu benar adanya, Syekh sesungguhnya dapat dibantu negara untuk mewujudkan tekad Syekh dan bisa langsung membuat 4 kapal sekelas bahtera Nabi Nuh sekaligus!
Duh, sayang sekali ya? Karena saya membaca bahwa Syekh bertujuan membuat kapal sebesar bahtera Nuh ini untuk menggelorakan semangat ekonomi biru, yaitu pemanfaatan sumber daya laut berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan, kesejahteraan, mata pencaharian masyarakat pesisir dan nelayan, sekaligus pelestarian ekosistem laut.
Yang saya sangat banggakan Syekh Panji Gumilang,
Terimakasih saya atas niat dan langkah mulia Syekh mewujudkan mimpi kita semua sebagai penduduk dari ‘archipelagic nation’ terbesar dunia, yang kisah nenek moyang kita tertulis di Alkitab pada surat Radja Radja, dan langkah langkah mereka terjejak di Madagaskar hingga dalam gedung arsip2 tertua di belahan dunia lain nun jauh disana.
Tetapi, dengan segala kerendahan hati, saya sangat berharap sebelum membubuhkan nama saya, Syekh kiranya dapat membubuhkan antara lain nama nama tokoh bangsa yang saya kagumi selain Kanjeng Ratu Kalinyamat, antara lain:
1. Putri Ratna Kemala Putro Manyang Seulodong yang memimpin dan memproklamirkan Kerajaan Jeumpa di tahun 770-an bersama suaminya Shahrianshah Salman Al-Farisi dan melahirkan kemudian beberapa kerajaan lain di Aceh, antara lain di Perlak, Pasai, Pedir dan Darussalam.
2. Laksamana Maharani yang hidup di tahun 1170-an dan terkenal kerana kepiawaiannya dalam ilmu navigasi serta kemahiran diplomasi dan armada lautnya dikenal mematikan dengan sebutan “angkatan laut panah”, karena panah prajurit2 laut gagah perkasanya dibubuhi racun dengan menggunakan getah kayu khusus dari hutan rimba pedalaman Aceh.
3. Rainha Boki Raja, seorang Ratu yang dilupakan sejarah, meskipun berperan sangat menentukan dalam sejarah politik Maluku pada paruh pertama abad ke-16
4. Megawati Soekarnoputri, Presiden ke 5 Republik Indonesia, ”The Brave Lady” sebuah buku menjulukinya, dimana riwayat perjuangannya untuk tampil memimpin bangsa ini tidak kalah berdarah-darahnya dengan riwayat yang disebut sebagai ’A Sad Story Of A Moluccan Queen’ karya guru saya, sahabat saya, Ibu Tuty Heraty, jika kita mau meluangkan waktu membacanya.
Tentunya, ketika armada armada bagi ekonomi biru Indonesia ini terwujud, saya berharap Syekh dapat membagikan ilmu pembuatan kapal kapal raksasa Indonesia yang bangkit kembali karena niat mulia Syekh, dapat segera kemudian bergeser melahirkan kapal kapal perang untuk TNI Angkatan Laut yang seharusnya dapat berganti nama segera menjadi Angkatan Perang Laut Republik Indonesia, jika kita sudah mampu memberikan putra putra terbaik bangsa kita di laut itu, dengan kapal kapal induk sekelas dan sebesar bahtera Nabi Nuh, yang Syekh sedang melangkah mewujudkannya.
Teriring salam hormat dan bangga saya untuk Syekh dan keluarga besar pondok pesantren yang Syekh pimpin.
Salam hormat
Connie Rahakundini Bakrie
[***]