PERUBAHAN adalah keniscayaan, sejarah akan mencatat dengan baik, walau jelas akan berpihak kepada pemenang pertarungan ekonomi politik, di manapun dan kapan pun.
Membangun bangsa dan memberikan kesejahteraan rakyat jelas harus berkuasa, demikian pula bila ingin menggusur dan menindas rakyat. Oleh karena itu penguasa akan selalu mampu membangun bangsa bila ingin, atau malah terus menggusur menindas rakyat yang menghalangi tujuannya.
Maukah kita kaum pergerakan, kaum nasionalis kerakyatan berkuasa, agar kita bisa membangun bangsa sejahterakan rakyat tanpa harus menggusur dan menindas?
Ada beberapa cara berkuasa untuk melakukan perubahan:
1. Jalan demokrasi pasca Reformasi 98; yakni bertarung melalui saluran konstitusional 5 tahunan seperti untuk Pilgub Jakarta 2017, Pileg dan Pilpres 2019 dll. Tiap pertarungan kaum pergerakan harus fokus mendorong 1 calon saja, walau tetap ada konsekwensi dibohongi lagi oleh pemenang baru.
2. Jalan amok; biarkan saja rakyat bergerak dengan cara dan isi kepalanya sendiri karena perutnya lapar dan keluarganya menderita. Kemarahan dan kekecewaan rakyat akan selalu menemukan manifestasinya, bahkan tanpa ada kita di sana.
3. Jalan ekstraparlementer yakni Persatuan Pergerakan, sebuah front kerakyatan dari segenap kaum nasionalis pro NKRI, massa rakyat yang cerdas dan militan, serta para serdadu prajurit Merah Putih, dengan program utama selamatkan NKRI dan sapu bersih kekuatan anti rakyat nekolim neoliberalisme dan anteknya!
Kediktatoran militeristik Orba sudah berhasil kita tumbangkan 1998 lalu, tapi mampukah kita melawan ancaman negara korporasi kongkalikong penguasa, pemodal dan pemegang senjata yg akan mendisintegrasi NKRI demi kepentingan penjajahan modal gaya baru nekolim neoliberalisme yang beroperasi global?
Selamat Hari Buruh (Mayday) 2016!
Bersatu, selamatkan NKRI!
Oleh : Ricky Tamba, S.E.
Jubir Jaringan ’98