Assalamualaikum Wr Wb.
‎
Bung Rizal Ramli, saya salut dengan perjuangan Anda sewaktu menjabat sebagai Menko Kemaritiman sampai berakhir pada minggu lalu.Â
Persistensi Anda untuk selalu membela rakyat kecil akan selalu dikenang di dalam sejarah. Persistensi Anda itu merupakan komoditi mewah yang sangat minim dimiliki oleh para pejabat yang saat ini mendapat amanah untuk membangun kemakmuran bagi seluruh rakyat di negeri Indonesia tercinta ini.‎
Mungkin Anda sudah lupa, bahwa kita pernah duduk di Tingkat Pertama Bersama (T-15) ditahun 1973. Saya masih ingat suatu sore, kita bertiga (Anda, Ketut Gede Sudarmadi, saya) berdiskusi di kamar kontrakan sederhana di Lebak Siliwangi (Sabuga sekarang) dengan topik tentang tata negara.
Jujur saja pada waktu itu Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan karena cara berfikir anda sudah tiga langkah di depan saya. Kekaguman Saya terhadap Anda di kelas, khususnya di pelajaran Bahasa Inggris dari Biro Perkuliahan Umum (BPU) di mana saat itu pengajarnya Ibu Dra. Nocky Magnar yang berpenampilan menarik dipandang mata mahasiswa.
Saat itu seluruh kelas berjuang untuk mengerti bagaimana menggunakan tenses dan grammar secara benar, sementara itu Anda sudah nyerocos diskusi dengan sang pengajar dalam bahasa inggeris yang lancar bagai seorang “native speakerâ€.
Puluhan tahun kemudian Saya baru mengerti bahwa saat itu Anda sudah “Thinking in Englishâ€, sementara Kami masih berjuang mencoba mengerti apa guna dari bahasa asing ini.Â
Kepiawaian Anda di dalam berkomunikasi saat itu sangat mengesankan Saya, sampai akhirnya kita bertemu kembali di usia senja di rumah Fortuga (Forum Tujuh Tiga ITB).Â
Ternyata perjalanan hidup dan karier yang telah dijalani para anggota Fortuga itu sangat bervariasi sekali sesuai dengan kompetensi dan habitat masing, kesemuanya direfleksikan dengan tabiat khas yang bermacam-macam pula.Â
Satu hal yang saya amati dari Anda yaitu konsistensi Anda didalam menjalin pertemanan dari sejak Anda mahasiswa bersepatu sandal sampai (sebelum dan sesudah) menjadi pejabat tinggi negara, sikap dan keramahan anda terhadap teman tidak berubah.Â
Sifat ini yang mungkin tidak dipunyai oleh para anggota Fortuga lainnya yang pernah beruntung menjadi pejabat penting di Republik Indonesia, yang sering mereka lakukan mungkin karena kesibukan tugas, mereka baru berusaha mengumpulkan teman-teman setelah lengser dari jabatannya.‎
Selama Anda menjabat sebagai Menko Kemaritiman anda sudah berperan sebagai petinju tangguh dengan teknik bertinju yang mendekati sempurna sehingga tidak heran anda bisa berjaya di atas ring tinju dengan baik.
Kombinasi jab-swing dan hook yang anda pukulkan kepada lawan cukup efektif membuat lawan anda banyak terhuyung-huyung jatuh di atas kanvas. Di setiap pertandingan, dari ronde pertama ke ronde berikutnya Anda tetap bertinju mengikuti peraturan tinju yang baku dan lazim berlaku di dunia internasional.Â
Nah, ketika Anda bertinju untuk memperebutkan Piala Reklamasi Jakarta, Anda mungkin tidak menyadari bahwa ternyata lawan Anda tidak hanya menggunakan teknik tinju yang standar (dimana hanya menggunakan pukulan tangan).
Tetapi ternyata lawan anda juga melakukan tendangan kaki dan apabila perlu juga bisa mencekik dan menggigit pokoknya segala cara untuk mengalahkan lawan. Parahnya sang wasit yang memimpin pertandingan (mungkin tidak mengetahui aturan pertandingan tinju yang terbaru) dan melakukan pembiaran, yang penting siapa yang menang yaitu yang bisa mengkanvaskan lawannya, apapun caranya.
Aturan standar serta pinalti tidak dipedulikan sampai akhir pertandingan dimana Anda harus legowo dinyatakan sebagai petinju yang kalah.‎
Sebagai petinju kawakan yang sudah mengalami asam-garamnya di dunia tinju, pasti anda akan revan dengan petinju yg telah mengalahkan anda itu, terlebih lagi banyak sekelompok penonton berduyun-duyun datang untuk menyatakan dukungan kepada anda agar mengikuti “pertandingan ulanganâ€.‎
Memang semua keputusan final ada di tangan Bung RR. Akan tetapi sebagai kawan, Saya menganjurkan anda untuk tidak melanjutkan pertandingan ulangan dalam waktu dekat. Lebih baik Anda mengevaluasi dan introspeksi diri untuk menyempurnakan teknik berkelahi Anda yang rupanya akibat tuntutan zaman telah berubah.
Bahwa di dalam berkelahi itu tidak melulu hanya menggunakan pukulan tangan akan tetapi tendangan kaki secara akurat juga bisa digunakan untuk melumpuhkan lawan.Â
Ringkasnya di dalam masa rehat ini semua pengalaman tinju Anda agar ditorehkan kedalam tulisan semacam buku putih dengan judul “Cara bertinju yang efektif dan modifikasi dengan kombinasi tendangan kaki untuk menjawab tuntutan zamanâ€.
Ini merupakan dokumen sejarah yang akan diwariskan kepada generasi penerus untuk dipelajari agar mereka waspada dan bersiap diri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.Â
Harus disadari oleh semua pihak bahwa kesalahan atau penyalahgunaan wewenang di dalam menjalankan amanah tugas negara itu sangat mahal sekali risiko kerugiannya di mana semuanya akan berakibat rakyat kecil menderita.
‎
Sebagai penutup, saya mohon maaf apabila ada hal yang tidak berkenan, selamat berjuang bung RR, all the best.‎
Wassalam.
‎
Oleh Hardjo Basuki Soenandar, ITB angkatan 73