BASUKI‎‎ Tjahaja Purnama (EYD: Basuki Cahaya Purnama) bernama Tionghoa: ZhÅng Wà nxué, lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966. Ia yang biasa dikenal dengan panggilan Ahok adalah Gubernur DKI Jakarta yang menjabat sejak 19 November 2014.
‎
Ahok merupakan warga negara Indonesia dari etnis Tionghoa dan pemeluk agama Kristen Protestan pertama yang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta pernah dijabat oleh pemeluk agama Kristen Katolik, Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965).
‎
Dia pernah pula menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006. Ia merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur.
‎
Pada 10 September 2014, Basuki memutuskan keluar dari Gerindra karena perbedaan pendapat pada RUU Pilkada. Partai Gerindra mendukung RUU Pilkada sedangkan Basuki dan beberapa kepala daerah lain memilih untuk menolak RUU Pilkada karena terkesan “membunuh” demokrasi di Indonesia.
‎
Ahok melanjutkan jabatannya sebagai Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta tanpa dukungan partai (independen)[8] hingga pun dirinya dilantik sebagai Gubernur DKI pada 19 November 2014.
Â
‎Disinilah awal mula kontroversi terus dihadirkan oleh sosok Ahok tepatnya sesaat setelah ia mengatakan keluar dari partai Gerindra.Â
Puncaknya pada 5 Oktober 2016, beredar video berjudul ‘Ahok: Anda Dibohongi Al-Quran Surat Al-Maidah 51 yang menjadi viral di sosial media baik Facebook ataupun Twitter.
‎
Dalam video tersebut, Ahok terlihat mengatakan: ‎“Bapak Ibu ndak Bisa memilih Saya. dibohongi pake surah Al-Maidah 51 dan macem-macem itu. Itu hak bapak ibu. Ya, jika Bapak Ibu perasaan tidak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, ya enggak apa-apa? Karena inikan panggilan pribadi bapak-ibu. Program ini jalan saja. Jadi, bapak ibu tak usah merasa enggak enak dalam nuraninya enggak bisa memilih Ahok.â€
‎
Pernyataan tersebut dianggap sebagai penistaan terhadap ayat yang bertuliskan “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu)”.Â
‎
Pernyataan tersebut menimbulkan kecaman dari berbagai pihak seperti FPI, MUI, dan berbagai macam organisasi masyarakat (ormas) Islam serta para tokoh ulama.
Ahok pun mengeluarkan ucapan minta maaf terkait pernyataan tersebut.
‎
Sementara itu, Mohamad Guntur Romli, salah satu anggota tim sukses Ahok, mengatakan bahwa pernyataan tersebut telah dipelintir dan menganggap bahwa yang dimaksud “dibohongi” tersebut bukanlah ayatnya melainkan orang-orang yang melakukan politisasi Kitab Suci.
Â
‎Kasus ini memicu terjadinya aksi 4 November yang berakhor ricuh dengan 3 mobil aparat dibakar, 18 mobil rusak, 160 pendemo dirawat karena terkena gas air mata, dan lebih dari 80 polisi luka termasuk 8 polisi yang luka berat.
‎
Pada tanggal 16 November 2016, Ahok secara resmi ditetapkan sebagai tersangka. Meskipun demikian, Ahok tetap dapat mengikuti tahapan Pilkada sebagai Calon Gubernur dan dengan yakinnya akan memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam 1 putaran.Â
Pun kita senantiasa mendengar jargonnya Ahok ketika kritik berdatangan saat dirinya dianggap sebagai pemimpin dengan cara komunikasi yang buruk.
‎
“Untuk apa santun kalau koruptor merajalela.†Ujar Ahok di berbagai kesempatan.‎
Â
‎Dari berbagai kontroversi yang dialamatkan kepadanya dari mulai Sumber Waras dan reklamasi, dukungan publik terhadap Ahok tidak berkurang bahkan cenderung bertambah. Hal ini membuktikan bagaimana superiornya Ahok yang dianggap dibackup oleh Presiden RI Joko Widodo.Â
‎
Fakta tersebut diamini oleh pakar hukum Yusril Ihza Mahendra, dalam suatu kesempatan ia mengatakan ,â€Ahok itu kecil, hanya kekuatan di belakang Ahok yang besar, makanya kita harus bersatu untuk melawan!â€.
‎
Namun demikian, kekuatan besar yang di belakangnya itu yang harus diantisipasi. Baik itu kekuatan dana ataupun kekuatan politik. Bahkan disebutnya kekuatan China sebagai negara pun ada di belakang Ahok
Â
‎Nampaknya isu tentang kekuatan besar yang mencengkeram tersebut bukan sekedar halusinasi. Kekuatan besar yang berada mencengkeram bangsa ini adalah yang seperti diucapkan Din Syamsudin Ketua Dewan Pertimbangan MUI bahwa kekuatan besar tersebut tidak terlepas dari pengaruh kekuatan geo-ekonomi global dan regional.Â
Kekuatan geo-ekonomi global memang tidak disebutkan secara jelas, tetapi rakyat sudah bias menduga bahwa kekuatan global itu adalah Negara Cina sebagai kekuatan ekonomi raksasa baru yang mulai mengancam pengaruhnya di dunia khususnya Asia Timur. Sedangkan regional tentunya tidak terlepas dari para pemodal raksasa para konglomerat di Indonesia.Â
‎
Sosok fenomenal yang nasionalisme sangat tinggi dan tidak berpretensi politik mantan Menko Perekonomian Kwik Kian Gie, tanpa basa basi dalam acara ILC membuat heboh mempertanyakan kebenaran rumor dikuasainya Jokowi oleh 9 naga atau taipan (pebisnis bermodal kuat keturunan Tiongkok memiliki jaringan bisnis di Hongkong atau China).Â
Ada nama-nama besar taipan Indonesia yang selama ini terlihat mendukung Jokowi-JK. Kwik Kian Gie, merasa perlu mengingatkan seluruh rakyat dan pendukung Jokowi, bahwa ada harga yang harus dibayar sebagai efek kemenangan Jokowi.Â
“Saya dengar kabar-kabar yang sudah meluas bahwa Jokowi dikendalikan oleh 9 taipan, orang- orang kaya yang mengendalikan, dan kabar ini sudah menyebar luas, dan tidak ada yang berani mengatakan, biarlah saya yang mengatakan. Bukan karena apa, tapi karena kecintaan saya. Tolong dibantah yang sekeras-kerasnya, dengan fakta yang sekeras- kerasnya bahwa ini tidak betul, karena kabar ini sangat meluas.â€Â
Kwik adalah politisi senior sekaligus ekonom handal yang pernah menduduki jabatan strategis di negeri ini. Bahkan Kwik sebagai kader PDIP dengan gagah berani menantang PDIP untuk membantah 9 naga tersebut.Â
“Kader yang mencintai partainya (PDI P) harus jujur mengatakan apa adanya,â€.Â
Sebagai kader senior PDI P, Kwik tentu juga banyak mengetahui ‘isi dapur’ partai berlambang banteng itu. Kecintaanya kepada PDI P itulah yang mendorong Kwik tak ingin partainya dikuasai cukong.Â
“Saya melakukan ini karena kecintaan saya karena saya kader PDI P yang telah lama berjuang.â€
‎
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Panglima TNI beberapa kali dalam berbagai kesempatan mengungkapkan, banyak negara iri terhadap kekayaan alam dan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga Bhinneka Tunggal Ika, terancam perpecahan benar adanya.Â
Hal ini karena faktor kekayaan Indonesia menjadi hal yang seksi di mata dunia (Amerika, China) dan khususnya 5 (lima) negara (Five Power Defence Arrangement (Selandia Baru, Australi, Singapura, dan dua negara lagi) di sekitar Indonesia yang juga pernah bermasalah dengan Indonesia.Â
Panglima mengkhawatirkan Wilayah Laut CIna Selatan: kapal-kapal yang ditangkap TNI-AL semua dikawal oleh ‘Kostrad’ Tiongkok. Dalam kasus Filipina: Klaim 12 Juli 2016. Tiongkok memberikan potensi konflik dengan ketidakmauannya diatur dalam Zona Lautan.Â
Tentang fenomena serangan kuning tersebut, Panglima di depan BEM se-Indonesia pernah menyindir dengan mengungkapkan cerita, “Saya tidak takut, kalau 1 miliar penduduk Cina ke Indonesia lewat laut. Begitu mereka nyebrang, saya potong saja 10 sapi di tengah-tengah lautan, pasti ikan hiu kumpul, habis itu saya tembakin (kapal mereka) biar bocor, dimakan hiu mereka semuanyaâ€.
Â
‎Sang Kyai nyentrik, Cak Nun pernah berujar bak pujangga, “Saat ini umat sibuk mengejar seekor tikus yang berlarian tetapi tidak tahu segerombolan babi di belakangnyaâ€.Â
‎
Umat banyak yang tidak menyadari saat ini kita hanya berhadapan dengan pelurunya, belum berhadapan dengan senapan dan siapa yang mengkomando untuk menembak. Tentunya kekuatan yang sangat besar luar biasa itu mampu mempengaruhi Partai Politik, Kabreskrim, Kapolri, KPK, Para Menteri bahkan RI-1 sekalipun.Â
Kekuatan sebesar itu bukan hanya dana yang luar biasa banyak, pengaruh kekuatan asing pasti yang mampu terlibat. Bila kajian dan analisa para pengamat itu benar maka bangsa ini sedang berhadapan dengan segelintir manusia yang mepunyai pengaruh luar biasa.Â
Segelintir manusia itu adalah pentu penarik pemicu senapan yang mengarah pada bangsa ini. Dan Sang petahana hanyalah sebutir peluru. Kita sedang disibukkan terkoyaknya emosi dan keyakinan kita yang dinista dan di aduk aduk sebuah peluru yang melampaui batas ini. Kekuatan besar yang menyodorkan senapan di mulut bangsa ini tidak pernah disadari.
‎Fakta-fakta tersebut sudah seharusnya dijadikan momentum bersatunya warga Negara Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI serta menjadi garda terdepan panglima pengawal demokrasi.Â
Menjadi umat yang cerdas harus mulai berpikir cermat ada kekuatan besar yang mengerikan menguasai negeri ini. Itulah yang menunjukkan bahwa RI-1 berani mempertaruhkan ketidakstabilan bangsa ini demi nasib seseorang. Bahkan untuk mengantisipasi aksi susulan pada 25 bovember mendatang, Kapolri mengeluarkan surat edaran agar dilakukan dialog kebangsaan di setiap daerah guna menciptakan suasana yang kondusif di daerah tentunya agar aksi lanjutan 25 novemver tidak terjadi.Â
‎
Sehingga saat ini kebangkitan kekuatan Islam yang luar biasa ini telah dirasakan oleh golongan yang takut karena dengan kebangkitan umat ini merupakan sinyal kuat bagi orang yang berpikir bahwa masalahnya bukan sekedar Ahok.
‎
Oleh Moch Galuh Fauzi, Pemimpin Umum Media Mahasiswa Indonesia