KedaiPena.Com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengawali gerakan sekolah sungai di beberapa wilayah, seperti Yogyakarta dan Klaten. Dalam Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2017 yang berlansung di Provinsi Papua Barat, BNPB juga mengukuhkan gerakan tersebut.
Gerakan sekolah sungai ini sebagai wadah untuk pengelolaan risiko bencana di daerah aliran sungai dengan pendekatan ecosystem based.
Pengukuhan gerakan sekolah sungai berlangsung di pinggir Sungai Remu, tepatnya Jembatan Hansen, Kota Sorong, Papua Barat pada Minggu (22/10).
Dipilihnya sungai ini karena masyarakat di sekitar sungai selalu mengalami banjir akibat luapan Sungai Remu setiap tahunnya. Ini menjadi momentum besar untuk melakukan upaya bersama dalam pengurangan risiko bencana.
Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan kritisnya sungai dapat memperburuk kondisi masyarakat. Oleh karena itu, Willem mengharapkan partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga sungai.
“Berbicara mengenai pengurangan risiko bencana, tidak mungkin pemerintah saja, jadi harus ada kolaborasi berbagai pihak sehingga perlu ada gerakan sekolah sungai,” ujarnya.
“Sungai ini sumber kehidupan manusia, untuk irigasi, kehidupan flora dan fauna, serta sarana transportasi,” kata Willem di hadapan warga setempat, relawan, dan perwakilan komunitas sekolah sungai Papua Barat di Jembatan Hansen, Kota Sorong.
Willem menambahkan bahwa aktivitas pencemaran, pendangkalan, dan pembuangan sampah perlu mendapatkan keseriusan dari semua pihak.
“Ini merupakan panggilan darurat sehingga tanpa partisipasi masyarakat tidak mungkin untuk mengembalikan fungsi sungai. Harapan tumbuh terhadap kesadaran akan fungsi sungai harus dijaga.”
“Sungai ini aset untuk kehidupan dan penghidupan masyarakat,” demikian pesan Kepala BNPB kepada masyarakat sekitar Sungai Remu.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Barat Derek Ampnir membacakan komitmen Pemerintah Provinsi yang menyatakan keseriusan dalam pembinaan sekolah sungai sekaligus sebagai aset di Papua Barat.
Tujuan dari gerakan sekolah sungai adalah melatih dan membekali calon fasilitator sehingga menumbuhkan komitmen dan meningkatkan kapasitas dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya air dan sungai di daerah dalam rangka gerakan pengurangan risiko bencana. Terciptanya jejaring atau komunikasi pinggiran sungai sebagai agen restorasi sungai sebagai bagian dari kaderisasi dalam memperkuat dan mengembangkan gerakan pengurangan risiko bencana.
Selesai pengukuhan gerakan sekolah sungai, para relawan melakukan kegiatan ‘Bersih Sungai Remu.’ Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Peringatan Bulan PRB yang berlangsung pada 22-25 Oktober 2017 di Sorong, Papua Barat. Informasi lebih lanjut mengenai rangkain kegiatan dapat diakses di laman peringatanbulanprb.net.
Laporan: Muhammad Hafidh