KedaiPena.Com – Ulat tentara menimbulkan ancaman kelaparan bagi rakyat Sudan Selatan. Oleh karenanya, Badan Pangan PBB (FAO) bekerjasama dengan pemerintah dan mitra lain, melaksanakan mekanisme campur tangan di seluruh Sudan Selatan untuk memberantas ulat yang juga dikenal dengan nama grayak ini.
“Sudan Selatan sudah menghadapi banyak masalah berkaitan dengan keamanan pangan,” kata Serge Tissot, Wakil FAO di Sudan Selatan.
“Ulat grayak cuma ancaman tambahan. Penting untuk melakukan pendekatan terhadap ancaman ini dengan semua kemampuan,” kata Tissor lagi.
“Kami berada di sini untuk secara bersama memerangi ulat grayak di Sudan Selatan dan saya yakin ini akan berhasil,” sambungnya, dilansir dari Antara.
Sudan Selatan mengumumkan wabah ulat yang bernama latin spodoptera litura ini pada Juni 2017. Kementerian Pertanian Sudan menyatakan pada Agustus lalu bahwa 166.000 hektare lahan pertanian telah diserang hama itu, 500 hektare di antaranya rusak total.
Sementara itu, Simon Cammelbeech, Wakil Program Pangan Dunia (WFP) di Sudan Selatan, mengatakan hama ulat grayak telah menyebar ke delapan negara bagian di Sudan Selatan.
Lembaga pangan dunia menyatakan organisasi tersebut prihatin bahwa hama itu telah menyebar ke semua bagian wilayah ekuator tersebut, daerah yang dipandang sebagai lumbung pangan utama bagi Sudan Selatan, tempat petani sudah berjuang cukup berat untuk bisa makan.
Menurut FAO, kehadiran ulat grayak pertama kali dilaporkan di Sao Tome dan Principe sekitar Januari 2016, dan telah menyerang lahan pertanian di beberapa negara di Afrika timur dan selatan.
FAO menyatakan ulat grayak dapat mengakibatkan kerugian besar sektor pertanian sampai 73 persen, tergantung atas kondisi yang ada dan sulit untuk mengendalikan dengan penggunaan satu jenis pestisida, terutama ketika hama tersebut telah mencapai tahap larva lanjutan.
Laporan: Irfan Murpratomo