KedaiPena.Com – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terseret kasus-kasus korupsi berskala besar. Di antaranya kasus korupsi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras, kasus reklamasi, dan kasus pembelian tanah di daerah Jakarta Barat oleh Pemprov DKI Jakarta.Â
Meski gubernur isi ulang Ahok belum juga dijadikan tersangka, namun dari fakta-fakta yang ada sebenarnya mengindikasikan keterlibatan kuat gubernur isi ulang Ahok pada pusaran kasus-kasus korupsi itu,” kata ‎Nanang Djamaluddin dari Kiat 98 dalam keterangannya kepada KedaiPena.Com, ditulis Selasa (30/8)‎.Â
Kiat 98 sendiri merupakan bagian dari aliansi rakyat majemuk dan bersifat terbuka, bernama GERAK’S INDONESIA (Gerakan Rebut Jakarta Selamatkan Indonesia).
Â
Di antara yang terhimpun dalam GERAK’S INDONESIA ini adalah para aktivis mahasiswa, komunitas-komunitas warga Jakarta korban penggusuran, para intelektual, tokoh  masyarakat tingkat RT/RW, komunitas nelayan, aktivis kepemudaan, aktivis perempuan,  kaum profesional, penggiat koperasi dan UMKM, aktivis buruh, praktisi hukum, seniman jalanan, para korban kebijakan sesat dan arogan Gubernur DKI Jakarta, dan lain-lain.‎‎
Â
Jika pun Ahok belum dijadikan tersangka, publik Jakarta merasakan kesan adanya perlindungan politik yang luar biasa dari kekuatan tertentu terhadap Ahok. Dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membantu para rakyat Jakarta yang tertindas, menyingkap dugaan kuat keterlibatan gubernur isi ulang Ahok pada kasus korupsi yang menyeret-nyeret namanya.
 Â
Selain itu, A‎hok pemimpin yang inkonsisten sekaligus plin-plan. Contoh faktualnya, mari ingat lagi rencana pencalonan kembali gubernur isi ulang Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok awalnya bilang mau maju lagi sebagai gubernur tidak melalui parpol, melainkan lewat jalur perseorangan, sambil mengembangkan wacana deparpolisasi dan menjelek-jelekkan parpol. Eh, tidak tahunya sekarang, gubernur isi ulang Ahok menjilat ludahnya sendiri dengan maju lewat jalur parpol.
Â
“Gubernur isi ulang Ahok pernah sesumbar dimana-mana, bahwa relawan yang mendukungnya adalah orang-orang tulus dan tidak dibayar. Eh, tidak tahunya relawannya adalah karyawan bayaran yang bertindak sebagai event organizer bagi pencalonannya,” sambungnya.‎
Â
Bandingkan pula tuntutan Ahok beberapa tahun lalu dan saat sekarang ini soal cuti-tidak cutinya seorang gubernur petahana, yang mana dalam hal itu memperlihatkan ke hadapan rakyat potret bugil gubernur isi ulang Ahok sebagai pemimpin yang inkonsistensi. Dan banyak lagi deretan panjang inkonsistensi dan keplin-planan seorang Ahok.Â
Jadi, jika ada yang menyebut Ahok sebagai pemimpin tegas, itu keliru besar. Yang tepat adalah Ahok pemimpin inkonsisten dan plin-plan dalam balutan watak congkaknya yang menjijikkan.
(Prw)