KedaiPena.Com – Ada yang menarik dari kunjungan tokoh nasional Dr Rizal Ramli di Desa Situbutak, Kecamatan Gunung Tanjung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (28/3/2022).
Rizal Ramli yang membuka dialog secara santai dengan warga mengaku merasa seperti pulang kampung dan familiar dengan masyarakat di wilayah Priangan Timur itu.
Karena sejak berusia 6 tahun sudah terbiasa tinggal di lingkungan yang kental dengan tradisi Sunda. Dibesarkan di Bogor, dan tumbuh hingga dewasa di Bandung.
“Abdi tiasa nyarios Sunda,” ujar Rizal Ramli saat membuka obrolan.
Kedatangan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu disambut antusias oleh warga yang langsung menyampaikan curhat mengenai berbagai persoalan.
Mulai dari hilangnya kejayaan industri kerajinan masyarakat Tasik karena tidak adanya perlindungan pemerintah, tingkat kesejahteraan petani yang menurun, penodaan terhadap Islam, hingga harga minyak goreng yang mahal harganya.
Tentang minyak goreng seorang ibu rumah tangga dari Desa Taraju, Ama Rahma, mengaku heran kenapa persoalan minyak goreng tidak mampu diselesaikan oleh pemerintah.
“Kemarin kami ngantri karena minyak goreng langka. Sekarang harganya mahal tapi ada yang nyinyirin. Katanya kami disuruh merebus atau mengukus saja daripada menggoreng,” ceplosnya.
Dengan setengah berseloroh ia mempertanyakan, kenapa harga minyak goreng menjadi mahal, apa tujuannya supaya umat tidak berbuka puasa pada saat Ramadhan nanti.
Warga lainnya, Ustadz Asep Logeja mengatakan, penguasa hari ini tidak punya kecerdasan dan tidak punya keberanian untuk memihak kepada rakyat.
Asep Logeja yang juga pengusaha kerajinan khas Tasikmalaya mengeluhkan pula merosotnya kesejahteraan para pengrajin.
“Dulu kami sanggup eksport ke Panama, Nigeria, Filipina dan Malaysia. Tapi sekarang selain semakin banyaknya barang-barang kerajinan dari China yang masuk, kami juga semakin tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah,” paparnya.
Hal lain ia juga menyampaikan uneg-uneg berkaitan dengan masifnya penistaan terhadap agama Islam.
“Mestinya kalau tidak bisa membangun kebaikan, janganlah menodai Islam,” tegasnya.
Ia mengatakan bangsa ini sekarang sedang mengalami krisis panutan.
“Pak Rizal Ramli menurut kami orang yang tulus. Bukan modus. Buktinya mau panas-panasan untuk duduk mengobrol bersama kami. Perjuangkanlah kami, Pak, rakyat kecil,” tandasnya.
Kehadiran Rizal Ramli di Priangan Timur ini cukup menarik karena secara spontan disambut oleh pertunjukan pencak silat, Patali Wargi, dan musik tradisional khas Sunda yang dimainkan oleh para bekas anak jalanan.
Dalam kunjungan ini Rizal Ramli juga bersilaturrahim dengan pimpinan Pondok Pesantren Salalatul Huda, KH Aminuddin, di Desa Bojongsari, Cihideung, Tasikmalaya.
Dalam pertemuan ini Rizal Ramli didoakan secara bersama-sama agar dapat memimpin Indonesia dan membawanya ke arah yang lebih baik.
“Setiapkali mendengarkan pemaparan Pak Rizal Ramli saya selalu merasa mendapatkan energi baru,” ungkap KH Aminudin yang juga Sekretaris MUI Tasikmalaya itu.
Menanggapi keluhan warga Rizal Ramli menekankan, pada dasar perjuangannya membela kepentingan rakyat kecil yang dilakukannya sejak menjadi mahasiswa di ITB adalah juga untuk kepentingan kesejahteraan umat.
Contohnya perjuangannya dalam mewujudkan Undang-undang Wajib Belajar, Undang-undang Desa, hingga Undang-undang BPJS. Sedangkan terhadap Undang-undang Omnibus Law yang merugikan umat Rizal Ramli menentangnya secara keras.
Sebagai tokoh yang memiliki integritas dan telah banyak membuktikan keberpihakan kepada rakyat kecil pada saat menjadi pejabat tinggi, Rizal Ramli optimis mampu mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.
Baginya seorang pemimpin yang amanah dan dipercaya rakyat adalah pemimpin yang tidak terlibat dalam konflik kepentingan, memiliki rekam jejak yang baik serta tidak tersandera oleh persoalan-persoalan yang membebani kinerjanya dalam membela rakyat.
Laporan: Muhammad Lutfi