KedaiPena.Com – Sangat disayangkan sikap Presiden Jokowi berbeda dalam merespon majunya keluarga dalam pilkada serentak, Desember 2020.
Ia dikabarkan sempat melarang iparnya, Wahyu Purwanto maju di Pilkada Gunungkidul. Sementara tidak untuk putranya, Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo.
Eksponen 98 Dedi Gunawan mengatakan sikap tersebut adalah standar ganda.
“Bagaimana mungkin ada perlakuan berbeda terhadap para anggota keluarga yang maju dalam pilkada serentak,” kata dia di Jakarta, Selasa (28/7/2020).
Jokowi seperti sedang berhitung, cuma yang potensial menang yang akan diberi restu olehnya. Sementara untuk yang masih ‘fifty-fifty‘ tidak dia dukung.
“Potensi Gibran menang kan besar di Solo, makanya Jokowi dukung habis. Sampai memanfaatkan fasilitas negara, memanggil kompetitor Achmad Purnomo ke Istana,” sambung alumni IISIP Jakarta ini.
“Di Istana, Jokowi menyampaikan bahwa yang diusung PDIP itu Gibran. Supaya tidak kecewa, Purnomo ditawarkan jabatan. Ini kan masuk suap. Sudah berapa pelanggaran yang dilakukan Jokowi,” tegas Oknum, sapaannya.
Sementara itu, Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (Prodem), Iwan Sumule mengatakan, standar ganda Jokowi bikin dirinya ‘ngenes’.
“Ngenes, rasa kecewa yang muncul ketika apa yang kita peroleh tidak sesuai harapan. Bisa dibilang korban php (pemberi harapan palsu). Kata yang pantas diberikan kepada orang yang di-PHP adalah, kasian deh lo,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi