KedaiPena.Com – Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) Ananda Putra Adela mengatakan, konsep ekonomi Neoliberal semakin kentara mencengkeram sistem perekonomian Indonesia.
Hal terbukti, dengan masuknya kembali Sri Mulyani dalam jajaran kabinet menteri Jokowi dalam reshuffle jilid II yang baru saja dilakukan dan membuka peluang baru hadirnya hutang yang berasal dari IMF dan World Bank.
“Peluang akan hadirnya hutang baru yang bersumber dari IMF dan World Bank merupakan keniscayaan. Pemerintah butuh dana segar untuk memuluskan proyek-proyek pembangunan yang sudah dicanangkan. Hal ini lah yang kemudian menjadi kontradiksi antara angan-angan menjalankan amanat Nawacita dan Trisakti dengan kenyataan bahwa ekonomi kita adalah Neolib,†ungkap Ananda kepada KedaiPena.Com, Jumat (29/7).
Sebelumnya, Ananda mengatakan, reshuffle kabinet yang dilakukan Jokowi  lebih ditujukan kepada tim ekonomi pemerintah. Jokowi, lanjut akademisi muda ini berada dalam suasana frustasi.
“Dikarenakan kinerja menteri ekonomi dengan 12 paket kebijakan yang pernah dikeluarkan tak mampu menjawab persoalan Negara,†katanya.
Kondisi itu, sambung Ananda, diperparah melemahnya ekonomi Tiongkok yang menambah tekanan kepada Presiden Jokowi untuk kembali bersahabat dengan negara-negara barat.
“Itu menjadi konsekuensi ketika Pesiden harus memanggil kembali Sri Mulyani untuk membantunya menata ulang model ekonomi yang telah dijalankan. Mau tidak mau dapat kita katakan Nawacita presiden seperti biasa hanya sebagai “swasembada janji” yang tidak pernah di tepati,†tegas Ananda.
(Dom)