Kedaipena.com – Widji Thukul adalah teman seperjuangan pada awal 1990. Dia adalah seorang penyair, yang mengorganisir buruh, dan Thukul juga orang yang pro-demokrasi buruh.
Demikian yang disampaikan oleh mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), Budiman Soedjatmiko pada Kedaipena.com di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (19/03).
“Thukul adalah sosok yang sangat berani melawan rezim Orde Baru (Orba) kala itu. Dia mampu menulis puisi-puisi yang sarkas terhadap rezim orba saat itu, dan hidup dalam kesederhanaan,” kata Iko, sapaan akrabnya, sambil berkisah tentang sahabatnya itu.
Iko menambahkan, walaupun Thukul agak cadel dalam berbicara, tapi thukul mempunyai keberanian yang luar biasa dan selalu tampil percaya diri ketika membaca karya puisi-puisinya yang sangat mengispirasi.
“Puisi-puisi karya Thukul itu sangat mengispirasi masyarakat dalam perjuangan demokrasi waktu itu,” kata Iko.
Widji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 26 Agustus 1963, sekaligus aktivis dan sastrawan. Thukul dinyatakan telah hilang pada pertengahan 1998.
Salah satu karya puisi Thukul yang terkenal adalah ‘apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata, lawan!’
(Rizki/Prw)