KedaiPena.Com – Cina dan Vietnam menjadi negara yang kebal dari resesi ekonomi. Alasanya lantaran Cina dan Vietnam berhasi menghindari efek dari crowding out.
Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia lantaran efek dari crowding out justru terjadi.
Penyebabnya lantaran perbankan Indonesia lebih terdorong untuk membeli surat utang pemerintah dibanding menyalurkan dana untuk kredit sektor swasta.
Anggota Komisi XI DPR RI Didi Irawadi mengakui, belum ada sinergi yang optimal dan juga big data tentang profil berbagai usaha dari pemerintah Indonesia sehingga efek crowding out terjadi di ibu pertiwi.
“Yang bisa membantu mengidentifikasi sektor yang bermasalah dengan presisi yang baik, sehingga stimulus, dapat tepat, sasaran, bentuk dan besarannya,” kata Didi kepada KedaiPena.Com, Senin, (31/8/2020).
Didi mencontohkan, seperti pariwisata Bali yang baru satu sektor dan dinyatakan di buka tak otomatis membuat turis asing dan maskapai asing datang.
“Semestinya ini saja perlu sinergi, misalnya dari Kemenkes dan Dinkes Bali, soal transparansi jumlah tes yang setidaknya sesuai minimal yang disyaratkan WHO, jumlah kasus, tingkat kesembuhan, fasilitas kesehatan, tenaga medis yang ada, agar meyakinan semua pihak termasuk asing, Bali aman dikunjungi. Sinergi dengan Kemenhub dan swasta terkait sektor ini juga perlu,” tegas Didi.
Dengan demikian, Didi menegaskan, diperlukan sinergi yang lebih luas lagi antara Kementerian dan lembaga termasuk dengan banyak pemda juga serta swasta terkait efek dari crowding out.
“Karena kita tak sepenuhnya menyadari bahwa masalah utama saat ini adalah real shock berupa pandemi corona, masalah lain hanya dampak ikutan yang memang harus diatasi, tapi jika real shock-nya makin lama teratasi, potensial akan sia-sia dalam jangka waktu tertentu upaya mengatasi dampaknya,” papar Didi.
Sementara, kata Didi, dalam mengatasi real shock pun pemerintah kurang sinergi.
“Ada Kementerian bikin “obat” sendiri, juga daerah,” tandas Politikus Demokrat ini.
Laporan: Muhammad Hafidh